Menurut Kamaruddin, yang mengetahui apa yang terjadi di dalam kamar adalah Kuat Ma’ruf, Bripka RR, Bharada E dan asisten rumah tangga.
Kamaruddin mengatakan, keempat mengetahui yang terjadi dalam kamar antara Yosua dan Putri, karena mereka bisa mendengarkannya dari luar.
Setelah itu, ia menabahkan, Kuat Ma’ruf sempat memanas-manasi Putri untuk mengadu ke Ferdy Sambo. Putri lantas mengikuti saran tersebut dan langung menelepon suaminya.
Ferdy Sambo yang sedang berada di Jakarta lantas tersulut emosinya. Ia marah mendengar perkataan istrinya yang menyatakan Yosua telah berlaku kurang aja, tanpa bertanya perbuatan apa yang telah dilakukanya.
Tudingan lain yang diarahkan Kamaruddin kepada Putri Candrawathi adalah istri Ferdy Sambo tersebut ikut merencanakan pembunuhan terhadap Yosua.
Menurut dia, Ferdy Sambo merencanakan pembunuhan tersebut dalam sebuah rapat yang digelar di lantai 3 rumah pribadi Ferdy Sambo, di Jalan Saguling.
"Di Saguling mereka rapat di lantai 3, bagaimana cara menghabisi atau melenyapkan almarhum, Putri di situ bergantian bersama Ferdy Sambo bergantian memanggil ajudannya. Ketika rapat di lantai 3 itu ikut juga Kuat Ma'ruf. Jadi Putri, Ferdy Sambo, ada Kuat Ma'ruf juga di sana," katanya.
Tudingan selanjutnya, Kamaruddin menyebut Putri menyiapkan dan memberikan uang kapda pihak-pihak yang terlibat dalam pembunuhan Yosua.
Tak hanya itu, ia juga menduga Putri menyuap sejumlah pihak, termasuk LPSK, demi memuluskan skenario pembunuhan terhadap Yosua yang telah ia susun.
"Jadi itu makanya saya beralasan Putri itu otaknya (pembunuhan)," imbuhnya.