Suara.com - Perjuangan Raden Ajeng (RA), Kartini yang kerap diperingati saban tanggal 21 April ternyata tidak hanya sebatas selebrasi belaka. Etos Kartini sebagai pejuang emansipasi wanita juga terus menjalar ke tiap generasi kaum hawa.
Salah satunya Ema Suranta, yang bisa dibilang sebagai 'Kartini' masa kini. Dedikasi Ema di era emansipasi kini adalah menjadi pejuang lingkungan.
Kepedulian Ema Suranta di sektor lingkungan berangkat dari kegelisahannya atas masalah sampah yang sudah menggunung di tempat tinggalnya, Desa Kertamulya, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Akhirnya, Ema pun berinisiatif untuk membangun Bank Sampah Bukit Berlian dengan melibatkan para ibu-ibu setempat.
Impian Ema untuk membangun Bank Sampah pun terwujud berkat dukiungan dari PT Permodalan Nasional Madani (PMN). Bank Sampah yang dibangun oleh Ema bukan cuma untuk memerangi masalah sampah. Bank Sampah Bukit Berlian dijadikan sebagai sarana untuk mengedukasi dan membantu ekonomi warga setempat.
![Ilustrasi sampah menumpuk. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/08/20/34241-ilustrasi-sampah-menumpuk-ist.jpg)
Berkat dukungan dari PNM, Ema mulai membudidayakan larva Black Soldier Fly atau yang dikenal dengan sebutan maggot, untuk mengolah sampah organik.
Dari modal awal yang didapatkan saat bergabung menjadi nasabah PNM Mekaar, ia kini berhasil mengolah hingga 2 ton sampah per minggu dan menghasilkan maggot segar serta kasgot (pupuk organik). Produk-produk ini tidak hanya menjadi solusi lingkungan, tetapi juga sumber penghasilan baru bagi masyarakat.
Ema kini menjadi simbol bahwa perempuan, dengan semangat Kartini, mampu menjawab tantangan sesuai zamannya dengan aksi nyata dan solusi berkelanjutan.

Perjuangan Ema sebagai sebagai pegiat lingkungan ternyata tak sia-sia. Atas semangatnya itu untuk memerangi bahaya sampah, Kartini dari Desa Kertamulya, Padalarang itu pun berhasil menyabet penghargaan dari PMN.
Menurut Direktur Utama PNM Arief Mulyadi, Ema memang pantas menerima penghargaan sebagai pejuang lingkungan sekaligus menjadi motor perubahan untuk menangani masalah sampah di tempat tinggalnya.
Baca Juga: Ungkap Gelar Jokowi Berubah-Ubah, Profesor LIPI: Saya Terkaget-kaget dan Bengong!
“Kartini hari ini bukan hanya bicara tentang emansipasi, tapi juga tentang keberanian mengambil tanggung jawab atas lingkungan dan sesama. Ibu Ema dan ribuan nasabah PNM lainnya membuktikan bahwa pemberdayaan ultra mikro bukan sekadar soal ekonomi, tapi juga tentang membangun masa depan bersama,” beber Arief Mulyadi, Senin (21/4/2025).
Melalui program PNM Mekaar, PNM telah mendampingi jutaan perempuan Indonesia agar mandiri secara finansial, percaya diri secara sosial, dan kuat dalam menghadapi tantangan hidup.
PNM berharap semakin banyak sosok seperti Ema yang dapat diberikan pendampingan dan pembiayaan agar menjadi inspirasi perwujudan Kartini di masa kini.
Diketahui, RA Kartini merupakan pahlawan wanita yang kiprahnya selama hidup telah memperjuangkan hak-hak wanita Indonesia. Berkat perjuangan RA Kartini untuk membebaskan belenggu di era kolonial, kaum perempuan di Indonesia kekinian memiliki hak-hak yang setara dengan laki-laki.
Setelah meninggal dunia di usia muda, Kartini kini diperingati oleh rakyat Indonesia setiap tanggal 21 April.
Bahkan, kekinian muncul nama-nama di kalangan wanita yang dianggap terus memperjuangkan emansipasi yang dilakukan oleh RA Kartini.
Seperti para perempuan yang tergabung dalam Sentra Kerajinan dan Makanan Borobudur (SKMB) yang tetap berdikari untuk membuka lapak dagangannya di Kampuns Seni, Borobudur.
Lalu, di Desa Tembalangan, Kabupaten Blitar, ada sosok Siti Rofiah (42). Siti adalah 'Kartini' masa kini. Sebagai pengusaha jamu tradisional, Siti disebut-sebut telah berhasil menggerakkan roda ekonomi lokal dan menginspirasi puluhan perempuan di sekitarnya.