Golkar Ikut Bahagia: Mungkin Bu Mega Punya Kesempatan Nasihati Gibran

Rabu, 04 Juni 2025 | 17:52 WIB
Golkar Ikut Bahagia: Mungkin Bu Mega Punya Kesempatan Nasihati Gibran
ILUSTRASI--Golkar Ikut Bahagia: Mungkin Bu Mega Punya Kesempatan Nasihati Gibran. [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekretaris Jenderal Partai Golkar, M Sarmuji memuji pertemuan Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presidwn RI Gibran Rakabuming Raka dengan Presiden kelima RI yang Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam momen Hari Lahir Pancasila beberapa waktu lalu. 

"Bagus dong, pertemuan antara Bu Mega dengan Mas Gibran itu sesuatu yang sangat bagus ya meskipun orang mengatakan itu pertemuan fisik ya apapun lah," kata Sarmuji di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (4/6/2025). 

Ia mengatakan, apa pun momen pertemuannya, Gibran disebut bisa memetik pelajaran dari senior seperti Megawati

"Mau pertemuan fisik, mau pertemuan apa saja, itu baik buat negara. Mas Gibran juga berkesempatan untuk bisa belajar bagaimana bersikap dengan ibu Mega yang lebih senior, mungkin Bu Mega juga punya kesempatan untuk menasehati Mas Gibran meskipun untuk tahap kemarin barangkali belum," katanya.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Golkar, M Sarmuji. (Suara.com/Bagaskara)
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Golkar, M Sarmuji. (Suara.com/Bagaskara)

Ia mengatakan, justru semakin sering bertemu akan semakin akrab. 

"Tetapi orang kalau makin sering ketemu rasanya makin akrab. Mudah-mudahan sering ketemu, mudah-mudahan ya," pungkasnya. 

Wapres Disebut Hilang Marwah

Gesture Gibran saat bertemu Megawati di acara peringatan Harlah Pancasila turut disorot oleh Pengamat politik, Rocky Gerung.  

Dalam acara kenegaraan itu, Rocky Gerung menyebut jika Gibran telah kehilangan marwahnya sebagai Wapres. Hal itu disampaikan Rocky menanggapi posisi Gibran yang berdiri di belakangan Megawati. Dia menganggap jika sikap Gibran tampak canggung ketika turut mendampingi Presiden Prabowo Subianto.  

Baca Juga: Bela Gibran? Golkar soal Usulan Pemakzulan di MPR-DPR: Mas Wapres Belum Langgar Hukum

Rocky pun menyebut jika sikap Gibran dan Megawati berkaitan dengan konflik antara PDIP dan mantan Presiden Jokowi. 

"Tentu konteksnya adalah ketegangan politik atau sebut aja ketegangan awalnya sekarang jadi konflik politik antara PDIP dengan Presiden Jokowi itu dan Gibran tidak lagi dilihat sebagai wajah dari kekuasaan tetapi wajah dari Jokowi pada akhirnya kan," beber Rocky Gerung dalam siniar di akun Youtube pribadinya.  

"Jadi kalau Gibran berjalan di belakang Megawati, lalu netizen mulai menganggap bahwa ya itu artinya secara moral atau bahkan secara sebetulnya politik aristokratik. Gibran itu tidak lagi dianggap sebagai sosok yang punya political standing apalagi moral standing untuk berjalan berdampingan dengan Ibu Mega atau berdampingan dengan Presiden," sambung Rocky Gerung. 

Dalam siniarnya, keterangan politik Jokowi dan Megawati bisa dengan mudah terbaca dengan gesture Gibran ketika bertemu dengan Megawati. Padahal menurut Rocky, Gibran yang notabene-nya adalah Wapres malah terlihat canggung hingga berjalan di belakangan Megawati yang hanya merupakan tamu dalam peringatan Harlah Pancasila. 

Kolase Gibran Rakabuming dan Rocky Gerung. (x/OjolNyambia)
Kolase Gibran Rakabuming dan Rocky Gerung. (x/OjolNyambia)

"Jadi kondisi real dari politik kita terbaca di dalam persaingan bahasa tubuh antara Ibu Mega dan wakil presiden Pak Gibran. Ini sah sebagai model baru untuk melihat potensi ketegangan politik dengan mengurai suasana yang diliput oleh satu peristiwa kemarin soal hari lahirnya Pancasila. Lalu terlihat bahwa ada kecanggungan pada saudara Gibran tuh," ungkap Rocky Gerung. 

Lebih lanjut, Rocky Gerung juga menyebut jika momen pertemuan para tokoh itu justru membuat Gibran kehilangan marwah sebagai Wapres. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI