Sejarah Pacu Jalur, Tradisi Asli Kuansing Riau yang Viral gegara Aura Farming

Eko Faizin Suara.Com
Sabtu, 05 Juli 2025 | 10:35 WIB
Sejarah Pacu Jalur, Tradisi Asli Kuansing Riau yang Viral gegara Aura Farming
Sejarah Pacu Jalur, Tradisi Asli Kuansing Riau yang Viral gegara Aura Farming [wonderfulimages.kemenparekraf.go.id]

Seiring berjalannya waktu, jalur-jalur tersebut mulai dihias dengan ukiran-ukiran artistik seperti kepala ular, buaya, atau harimau baik di bagian badan perahu maupun pada selembayung (hiasan ujung jalur).

Hiasan lain seperti payung, tali hias, selendang warna-warni, serta gulang-gulang (tiang tengah) dan lambai-lambai (tempat berdirinya juru mudi), turut mempercantik tampilan jalur.

Perkembangan hiasan ini bukan sekadar estetika; ia menjadi simbol status sosial.

Ketika itu, hanya kaum bangsawan, pemimpin adat, dan tokoh masyarakat yang memiliki jalur berhias megah sebagai penanda kehormatan dan kekuasaan mereka.

Sekitar seabad kemudian, warga menemukan sisi lain dari jalur yang tak kalah menarik, yakni kecepatan.

Muncullah gagasan untuk memperlombakan jalur dalam adu cepat menyusuri Sungai Kuantan. Dari sinilah Pacu Jalur sebagai sebuah perlombaan mulai dikenal.

Pada awalnya, perlombaan ini digelar di kampung-kampung sepanjang sungai sebagai bagian dari perayaan hari-hari besar Islam.

Namun seiring berjalan-nya waktu, Pacu Jalur kemudian dipusatkan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada bulan Agustus.

Setiap tahun saat lomba digelar, Kota Jalur berubah menjadi lautan manusia. Kemacetan lalu lintas tak terelakkan, sementara warga perantauan berbondong-bondong pulang kampung hanya untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Adapun, jumlah jalur yang ikut bertanding bisa mencapai lebih dari 100 unit.

Baca Juga: Aura Farming Anak Coki Viral, Pacu Jalur Kuansing Diklaim Berasal dari Malaysia

Bagi masyarakat Kuansing, jalur adalah perahu besar yang terbuat dari satu batang kayu bulat utuh tanpa sambungan, dikayuh oleh sekitar 45 hingga 60 orang yang disebut anak pacu.

Pacu Jalur sendiri diyakini telah menjadi tradisi tahunan sejak 1903 dan kini tercatat sebagai agenda wisata resmi Pemprov Riau untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara, khususnya ke Kuansing

Di masa kolonial Belanda, Pacu Jalur diselenggarakan sebagai bagian dari perayaan adat dan kenduri rakyat, sekaligus untuk memperingati hari ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina, yang jatuh pada 31 Agustus. Saat itu, perlombaan biasanya berlangsung selama dua hingga tiga hari, tergantung dari banyaknya jalur yang ikut bertanding.

Kini, Pacu Jalur tampil semakin semarak dengan warna-warni kostum para pendayung, dentuman meriam sebagai tanda lomba dimulai, serta sorak-sorai penyemangat yang menambah semarak budaya khas Kuansing. Inilah warisan lokal yang layak dinikmati sekaligus dilestarikan. (Antara)

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI