Suara.com - Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo, kembali melontarkan kritik pedas terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi), khususnya terkait proyek mobil SMK.
Dalam sebuah siniar di Forum Keadilan TV, Roy Suryo tak hanya mengungkap detail di balik layar, tetapi juga secara terang-terangan menyampaikan kekecewaannya mendalam, merasa telah turut andil "membawa" Jokowi ke panggung nasional melalui momentum mobil SMK, namun berakhir dengan janji yang tak kunjung terealisasi.
Harapan Awal dan Peran Roy Suryo
![Mantan politisi Partai Demokrat, Roy Suryo. [YouTube/Forum Keadilan TV]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/15/98544-roy-suryo.jpg)
Roy Suryo memulai ceritanya dengan mengenang masa-masa awal keterlibatannya dalam pengembangan SMK nasional sejak awal tahun 2000-an, khususnya di bidang teknologi informasi.
"Keterlibatan saya dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara nasional sejak awal tahun 2000-an, khususnya dalam bidang TI," ungkap Roy Suryo, menggarisbawahi komitmennya pada pengembangan potensi anak bangsa.
Ia menjelaskan bagaimana program pembuatan prototipe mobil nasional melibatkan lima SMK sebagai proyek percontohan, dengan SMK 2 Solo menjadi yang paling menonjol berkat kolaborasi dengan Haji Sukiat dari Kiat Motor.
Puncak dari peran Roy Suryo adalah saat ia menyusun narasi pidato untuk peluncuran mobil SMK yang kemudian dibacakan oleh Jokowi.
Narasi ini, menurut Roy, dirancang untuk menghubungkan sejarah otomotif Solo dengan mobil pertama di Indonesia, menciptakan aura kebanggaan nasional.
"Saya membuat narasi pidato untuk peluncuran mobil SMK yang dibacakan oleh Jokowi," jelasnya, merujuk pada momen yang ia yakini mengangkat nama Jokowi lebih luas.
Baca Juga: Jokowi Tegaskan Siap Tunjukkan Ijazah Asli di Pengadilan, Netizen Salfok ke Tangannya: Kok Membesar?
Tak hanya itu, ia juga meluruskan bahwa dirinyalah yang menyopiri mobil SMK dari Solo ke Jakarta bersama FX Rudi, bukan Jokowi, sebuah detail yang menurutnya penting untuk diketahui publik.
"Roy Suryo mengklarifikasi bahwa dirinyalah yang menyopiri mobil SMK dari Solo ke Jakarta bersama FX Rudi, bukan Jokowi," tegasnya.
Kekecewaan Mendalam: "SMK Hanya Tunggangan Politik"

Namun, harapan besar itu lambat laun berubah menjadi kekecewaan. Roy Suryo merasa proyek mobil SMK, yang seharusnya menjadi tonggak kemajuan pendidikan vokasi dan industri otomotif nasional, hanya dijadikan alat untuk kepentingan politik semata.
"Roy Suryo menilai bahwa SMK hanya dijadikan tunggangan oleh Jokowi untuk menaikkan popularitasnya dari Solo ke tingkat nasional," ungkapnya dengan nada kecewa.
Setelah mobil SMK diluncurkan dan nama Jokowi semakin dikenal luas, tidak ada tindak lanjut yang jelas mengenai pengembangan SMK.
Janji-janji yang diucapkan seolah menguap begitu saja, meninggalkan kekecewaan mendalam, terutama bagi para siswa SMK yang telah menaruh harapan besar.
"Setelah mobil SMK diluncurkan dan Jokowi semakin terkenal, tidak ada tindak lanjut yang jelas mengenai pengembangan SMK, yang mengecewakan banyak pihak, terutama siswa-siswa SMK," ujarnya.
Kritik Roy Suryo semakin tajam ketika ia menyoroti pendirian pabrik SMK di Boyolali. Menurutnya, pabrik tersebut tidak sesuai dengan semangat pengembangan produk dalam negeri.
"Roy Suryo mengkritik pendirian pabrik SMK di Boyolali yang menurutnya hanya mendatangkan mobil dari China dan mengganti logonya, tanpa melibatkan anak bangsa secara signifikan," kata Roy Suryo.
Dari sinilah, ia mulai merasakan ada yang "berbahaya" dari karakter Jokowi. Roy Suryo mulai merasa ada yang 'berbahaya' dari karakter Jokowi setelah melihat bagaimana SMK diperlakukan.
Sindiran Wayang dan Pesan Kebenaran

Kekecewaan Roy Suryo bahkan terwujud dalam bentuk sindiran melalui pertunjukan wayang kulit dengan lakon "Petruk Jadi Ratu" yang didalangi oleh Ki Manteb Sudarsono.
Lakon ini, menurut Roy, menggambarkan sosok yang awalnya dicintai rakyat namun berubah menjadi zalim setelah berkuasa, sebuah analogi yang jelas diarahkan pada kepemimpinan Jokowi.
"Lakon ini menggambarkan sosok Petruk yang awalnya dicintai rakyat namun berubah menjadi zalim dan bengis setelah menjadi raja," jelasnya.
Meski begitu, Roy Suryo menegaskan bahwa tidak ada kebencian pribadi terhadap Jokowi.
Ia merasa bertanggung jawab untuk mengungkapkan kebenaran demi kepentingan publik.
Roy Suryo menyatakan tidak ada kebencian pribadi terhadap Jokowi, namun ia merasa perlu membongkar hal-hal yang dianggapnya tidak benar demi kepentingan publik. Baginya, kritik ini adalah bagian dari upaya menjaga kejujuran dan integritas dalam bernegara.