Suara.com - Laptop Chromebook menjadi sorotan setelah adanya temuan korupsi pada proyek pengadaan laptop besar-besaran di Kemendikbudristek pada era Nadiem Makarim.
Proyek ini diduga merugikan negara Rp 1,9 triliun akibat dugaan korupsi dan pengelolaan yang tidak efektif, dengan sejumlah pejabat telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung.
Lantas apa itu Chromebook Laptop yang bikin negara rugi Rp1,9 triliun? Berikut spesifikasinya.
Spesifikasi laptop Chromebook yang diadakan Kemendikbudristek pada masa Nadiem Makarim sebagai Mendikbudristek adalah sebagai berikut:
- Prosesor: Intel Celeron N4020 atau N4500 (dual-core, kecepatan 1,1–2,8 GHz)
- RAM: 4 GB DDR4 atau LPDDR4
- Penyimpanan: 32 GB eMMC (beberapa model ada yang 64 GB)
- Layar: 11,6 inci LED HD (1366×768 piksel)
- Konektivitas: WiFi 802.11ac dan Bluetooth 5.0
- Sistem Operasi: Chrome OS dengan lisensi Chrome Education Upgrade
- Berat: sekitar 1,3 kg
- Daya baterai: 30 Wh
- Garansi: 1 tahun
Laptop ini didesain untuk tugas dasar seperti mengetik, presentasi, dan akses Google Classroom, dengan harga per unit saat pengadaan antara Rp 5,9 juta hingga Rp 6,8 juta.
Beberapa merek yang populer digunakan adalah Zyrex, Advan, Axioo, Evercoss, dan SPC Chromebook dengan spesifikasi serupa mengikuti standar Permendikbudristek No. 5 Tahun 2021.
Spesifikasi ini dianggap minim dan idealnya hanya untuk tugas dasar, dan penggunaan Chromebook ini memerlukan koneksi internet yang stabil, yang menjadi salah satu kritik karena infrastruktur internet di Indonesia belum merata.
Namun, pengadaan ini kontroversial karena telah menjadi objek penyidikan Kejaksaan Agung terkait dugaan korupsi dan penyalahgunaan wewenang.
Diduga terjadi mark-up harga serta pemaksaan penggunaan Chromebook yang membuat negara dirugikan sekitar Rp 1,9 triliun.
Program ini juga dinilai kurang optimal di lapangan karena keterbatasan sinyal internet dan ketidaksesuaian penggunaan Chromebook di beberapa daerah.
Nadiem Makarim disebut memberi arahan langsung untuk menggunakan Chromebook dalam pengadaan ini sejak sebelum pelaksanaan program dimulai, bahkan ada koordinasi dengan pihak Google terkait kerja sama teknis dan investasi.