Puncak dari analisis Reza adalah pergeseran makna dari panggilan tersebut. Itu bukan lagi sekadar panggilan karena rindu atau khawatir, melainkan sebuah upaya untuk memonitor dan mengontrol kondisi sang suami dari jauh. Ada sebuah urgensi yang luar biasa di balik setiap dering telepon yang tak terjawab itu.
"Bahwa ada orang yang tengah malam menelepon bertubi-tubi apalagi kalau betul memang dalam kondisi panik maka sepertinya kita punya alasan untuk menduga-duga paling tidak Jangan-jangan pihak istri memang sudah punya kekhawatiran tertentu, sudah punya bayangan, sudah punya firasat, sudah punya hitung-hitungan ada sesuatu yang tidak wajar yang dialami oleh suaminya," papar Reza.
Ia menyimpulkan dengan sebuah kalimat tajam yang merangkum keseluruhan hipotesisnya. "Alih-alih memberikan kesempatan untuk beristirahat, tapi seolah terus-menerus ingin dikontrol, dimonitor kondisinya."