Suara.com - Isu ijazah palsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) seolah jadi 'lagu lama' yang terus diputar di ruang publik hingga detik ini nampaknya tiada henti.
Namun, sebuah survei terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukkan bahwa 'lagu' tersebut tampaknya sudah tidak laku lagi di telinga mayoritas masyarakat Indonesia.
Survei ini membongkar fakta bahwa publik kini jauh lebih kritis dan tidak mudah termakan 'gorengan' politik. Tapi, apa sih yang sebenarnya ada di benak publik? LSI Denny JA merangkumnya dalam beberapa poin kunci.
Berikut adalah 5 di antaranya
1. Angkanya Telak: 74,6% Publik Bilang Tidak Percaya
Ini adalah poin utamanya. Data tidak bisa bohong. Dari 1.200 responden di seluruh Indonesia, sebanyak 74,6% dengan tegas menyatakan tidak percaya pada isu ijazah palsu.
Angka ini sangat timpang jika dibandingkan dengan yang masih percaya, yang hanya berada di angka 12,2%.
Sisanya tidak menjawab atau tidak tahu. Kesenjangan yang sangat besar ini menunjukkan bahwa narasi tersebut gagal total meyakinkan publik.
2. Benteng Logika Akal Sehat, Mustahil Lolos Verifikasi Berkali-kali
Baca Juga: LSI Denny JA Bongkar 3 Alasan Publik Tolak Mentah-mentah Isu Ijazah Palsu Jokowi
Publik rupanya menggunakan logika sederhana yang sulit dibantah. Bagaimana mungkin seseorang dengan ijazah palsu bisa lolos dari serangkaian verifikasi super ketat untuk menjadi pejabat publik?
- Pencalonan Wali Kota Solo, dilakukan Verifikasi oleh KPU Daerah.
- Pencalonan Gubernur DKI, dilakukan Verifikasi oleh KPU Provinsi.
- Pencalonan Presiden dua kali, dilakukan Verifikasi level tertinggi oleh KPU Pusat.
- Rekam jejak karier Jokowi yang panjang ini menjadi 'benteng' logika yang membuat publik yakin bahwa isu tersebut tidak masuk akal.
3. Stempel Resmi dari UGM & Polisi Lebih Dipercaya
![Ijazah Jokowi. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/21/60958-ijazah-jokowi-ist.jpg)
Di tengah badai disinformasi, publik mencari pegangan pada institusi resmi. Dalam kasus ini, ada dua lembaga kredibel yang telah memberikan 'stempel' keaslian:
Universitas Gadjah Mada (UGM) Sebagai almamater, UGM telah secara resmi dan terbuka mengonfirmasi bahwa Jokowi adalah alumnus sah dari Fakultas Kehutanan.
Pihak kepolisian juga telah melakukan verifikasi dan menyatakan bahwa ijazah tersebut asli.
Bagi mayoritas publik, klarifikasi dari dua lembaga ini sudah menjadi jawaban final yang menutup semua perdebatan.
4. Dianggap 'Gorengan' Politik Pasca-Kemenangan Gibran
Publik kini semakin 'melek' politik. LSI Denny JA menemukan bahwa banyak responden melihat momen kemunculan kembali isu ini sangat berkaitan dengan dinamika politik terkini, terutama setelah kemenangan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, sebagai Wakil Presiden di Pilpres 2024.
Isu ini dianggap sebagai manuver politik untuk mendelegitimasi atau sekadar membuat kegaduhan di periode transisi kekuasaan.
5. Tembok Solid Kepercayaan di Semua Lapisan Masyarakat
Yang paling menarik, ketidakpercayaan ini bukanlah milik satu kelompok saja. Tembok ini solid dan merata di semua segmen demografi:
- Antar Generasi dari Gen Z hingga Baby Boomer.
- Antar Tingkat Pendidikan dari yang berpendidikan rendah hingga kalangan terpelajar.
- Antar Wilayah dari pedesaan hingga perkotaan.
- Antar Pendukung Partai. Bahkan di kalangan konstituen partai oposisi sekalipun.
Fenomena ini menunjukkan bahwa isu tersebut telah kehilangan daya tariknya secara luas dan tidak lagi efektif sebagai alat serangan politik di mata publik.