Jokowi-Prabowo Diadu Domba? Raja Juli Antoni Ungkap Fakta Mengejutkan

Rabu, 03 September 2025 | 10:00 WIB
Jokowi-Prabowo Diadu Domba? Raja Juli Antoni Ungkap Fakta Mengejutkan
Presiden Prabowo Subianto bersama Presiden RI ke-7, Jokowi di Istana IKN. (dok.Istimewa)

Kelompok-kelompok ini mungkin memiliki kepentingan untuk melemahkan pemerintahan yang baru terbentuk, baik untuk tujuan politik di masa depan, atau sekadar untuk menyuarakan ketidaksetujuan mereka.

Penyebaran hoaks dan provokasi saat demo bisa menjadi salah satu taktik untuk menciptakan citra negatif, menurunkan kepercayaan publik, atau bahkan memicu ketidakstabilan.

2. Pemain Lama dalam Polarisasi: Sejarah politik Indonesia menunjukkan bahwa ada aktor-aktor yang memang mahir dalam memainkan isu-isu polarisasi.

Mereka mungkin menggunakan momen transisi ini untuk kembali mengaktifkan narasi adu domba demi keuntungan politik mereka sendiri, tanpa memedulikan dampak jangka panjang terhadap stabilitas negara.

3. Ketidakpuasan Murni yang Dimanfaatkan: Tidak dapat dipungkiri bahwa di setiap demo, ada elemen masyarakat yang memang memiliki ketidakpuasan murni terhadap kebijakan atau kondisi tertentu.

Namun, pihak-pihak yang ingin melemahkan pemerintah bisa saja menyusup atau memanfaatkan ketidakpuasan ini dengan menyebarkan informasi palsu atau memprovokasi tindakan anarkis, sehingga demo yang awalnya legitimate menjadi tercoreng dan merugikan pemerintah.

4. Tujuan Jangka Panjang: Pelemahkan pemerintah baru dapat memiliki tujuan jangka panjang, seperti mempersiapkan diri untuk pemilu berikutnya, atau bahkan mencoba mengganggu program-program yang telah dicanangkan.

Dengan menciptakan kegaduhan sejak awal, diharapkan fokus pemerintah akan terpecah dan kinerjanya tidak optimal.

Implikasi dan Tantangan

Baca Juga: Prabowo Jenguk Korban Demo Ricuh di RS Polri, Janjikan Motor Baru dan Carikan Pacar

Pengunjuk rasa berada di samping halte Transjakarta yang dibakar saat aksi menuntut pengusutan kasus penabrakan pengemudi ojek daring oleh mobil rantis Brimob di depan Markas Komando Brimob Polda Metro Jaya, Kwitang, Jakarta, Jumat (29/8/2025). [ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa]
Pengunjuk rasa berada di samping halte Transjakarta yang dibakar saat aksi menuntut pengusutan kasus penabrakan pengemudi ojek daring oleh mobil rantis Brimob di depan Markas Komando Brimob Polda Metro Jaya, Kwitang, Jakarta, Jumat (29/8/2025). [ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa]

Jika klaim Raja Juli Antoni benar, bahwa ada pihak yang sengaja menyebarkan hoaks untuk mengadu domba dan melemahkan pemerintah, maka ini menjadi tantangan serius bagi stabilitas nasional.

Pemerintah Prabowo-Gibran nantinya harus siap menghadapi gelombang disinformasi dan upaya provokasi.

Penting bagi semua pihak, termasuk masyarakat, untuk bersikap kritis terhadap informasi yang beredar, terutama di media sosial.

Verifikasi fakta dan tidak mudah termakan hoaks adalah kunci untuk mencegah upaya adu domba. Selain itu, aparat penegak hukum juga memiliki peran krusial dalam menindak penyebar hoaks dan provokator yang bertujuan merusak tatanan sosial dan politik.

Pada akhirnya, pernyataan Raja Juli Antoni ini menjadi pengingat bahwa dinamika politik Indonesia selalu diwarnai oleh berbagai kepentingan.

Upaya untuk menciptakan stabilitas dan persatuan pasca-pemilu memerlukan kewaspadaan terhadap pihak-pihak yang mungkin memiliki agenda tersembunyi.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Mau notif berita penting & breaking news dari kami?