Kesenjangan Sosial Kian Menganga: Dari Dugaan 'Ojol Fiktif' hingga Rumah Sempit 3x12 Meter

Dythia Novianty Suara.Com
Kamis, 04 September 2025 | 13:37 WIB
Kesenjangan Sosial Kian Menganga: Dari Dugaan 'Ojol Fiktif' hingga Rumah Sempit 3x12 Meter
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menerima dan berdialog dengan perwakilan pengemudi ojek online (ojol) di Istana Wakil Presiden, Jakarta, pada Minggu (31/8/2025). (ANTARA/Dokumentasi Pribadi)
Baca 10 detik
  • Pertemuan Gibran dengan ojol menuai kontroversi soal keaslian peserta dan citra politik
  • Pengemudi ojol sesungguhnya merasakan beban berat akibat tarif potongan dan kebijakan Omnibus Law
  • Kesenjangan sosial makin nyata antara janji politik dan kondisi nyata rakyat kecil

Suara.com - Di tengah hiruk pikuk ibu kota, narasi tentang pembangunan dan kemajuan sering kali terbentur pada realitas pahit kesenjangan sosial yang kian menganga.

Fenomena ini semakin mencuat lewat dua potret yang kontras, yakni di satu sisi, peristiwa "ojol-ojolan" yang digagas Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan di sisi lain, jeritan rakyat kecil yang masih bergelut dengan kemiskinan dan ketidakadilan.

Isu ini bermula dari acara pertemuan Gibran dengan para pengemudi ojek online (ojol) yang memicu sorotan publik.

Muncul dugaan bahwa peserta bukanlah pengemudi asli, melainkan "ojol fiktif" yang direkayasa untuk membangun citra politik tertentu.

Sorotan kian tajam ketika sepatu mewah yang dikenakan oleh sebagian peserta menjadi bahan pembicaraan warganet.

"Nggak, ini pertanyaan, iya gitu lho. Karena sepatunya aja 2 juta katanya, gitu lho," ungkap Sujiwo Tejo dalam forum.

Menanggapi hal ini, pengamat politik, Qodari berusaha memberikan klarifikasi.

Dalam tayangan di akun YouTube tvOneNews yang diunggah, Rabu (3/9/2025), berjudul "Gibran Tidak Ada saat Prabowo Bersama Ketum Parpol, Qodari: Presiden dan Wapres Satu Paket | tvOne", Qodari menjelaskan bahwa Gibran telah berkoordinasi dengan pihak aplikator Gojek untuk menyelenggarakan pertemuan tersebut.

"Mas Gibran itu mau ketemu dengan ojol. Lalu komunikasi dengan, apa tuh namanya? Aplikator itu Gojek ya, Gojek. Nah, komunikasi dengan aplikator, yaitu Gojek," ungkap Qodari dengan jelas.

Baca Juga: Sopir Rantis Pelindas Ojol Jalani Sidang Etik, Bripka Rohmat Bakal Dipecat Seperti Kompol Cosmas?

"Nah, Gojek mengirimkan orang-orang tersebut. Perwakilan ya? Perwakilan. Nah, siapa yang datang? Ya, tergantung kepada Gojek," tambahnya.

Namun, alih-alih meredam isu, penjelasan itu justru memunculkan pertanyaan baru, yakni apakah yang hadir benar-benar mewakili suara pengemudi ojol di lapangan atau hanya "perwakilan" yang sudah dipilih sesuai kepentingan politik tertentu?

Di luar perdebatan soal legitimasi pertemuan itu, kondisi para pengemudi ojol di lapangan justru menggambarkan realitas yang jauh berbeda.

Mirah Sumirat, Presiden Aspirasi Perwakilan Serikat Buruh, dengan tegas menyuarakan kekecewaan para ojol terhadap sistem yang dinilai semakin memberatkan.

"Potongan tarif ojol sekarang itu sudah mencapai 30-60 persen. Mereka marah karena pemerintah belum juga merealisasikan janji untuk menurunkan tarif itu," tegas Mirah.

Ia juga menyoroti dampak Undang-Undang Cipta Kerja Omnibus Law yang justru memperburuk keadaan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Mau notif berita penting & breaking news dari kami?