Hilirisasi Mineral Kritis Jadi Kunci Indonesia Perkuat Posisi Global

Senin, 10 November 2025 | 11:17 WIB
Hilirisasi Mineral Kritis Jadi Kunci Indonesia Perkuat Posisi Global
Ilustrasi smelter (freepik)

Suara.com - Indonesia dan negara penghasil mineral kritis lainnya dihadapkan pada peluang baru untuk menambah nilai dari sumber daya mereka. Namun, alih-alih hanya menambang, pengolahan dan pemurnian nikel, kobalt, dan logam tanah jarang menjadi kunci memperkuat posisi dalam rantai pasok global.

Kepala Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol menuturkan, mineral kritis tidak hanya dibutuhkan untuk teknologi energi seperti kendaraan listrik, panel surya, atau turbin angin. Mineral ini juga digunakan dalam industri manufaktur, pembuatan chip, pertahanan, drone, dan berbagai sektor lainnya.

“Beberapa orang meyakini mineral kritis hanya digunakan untuk teknologi energi, tetapi itu tidak sepenuhnya benar. Mineral ini juga digunakan dalam industri manufaktur, pembuatan chip, pertahanan, drone, dan berbagai sektor lainnya,” ujar Birol di Singapore International Energy Week (SIEW).

Dia memandang pengolahan dan pemurnian mineral kritis global saat ini masih terkonsentrasi pada sejumlah kecil negara, dengan satu negara di Asia memegang peran dominan. Kondisi ini menempatkan sebagian besar negara penghasil mineral mentah dalam posisi pasif dalam rantai nilai global.

Oleh karena itu, lanjut Birol, Indonesia dan negara penghasil mineral lainnya dinilai perlu mengembangkan kapasitas pengolahan dan pemurnian.

“Negara-negara yang memiliki nikel, logam tanah jarang, kobalt, atau mineral kritis lainnya sebaiknya tidak hanya menambangnya, tetapi yang lebih penting adalah mengolah dan memurnikannya,” jelas dia.

Birol menekankan bahwa kemampuan pengolahan dan pemurnian mineral kritis juga akan mendorong kemandirian industri nasional dan memperkuat ketahanan ekonomi terhadap fluktuasi pasar global.

Sementara itu, Han Phoumin, Senior Energy Economist di Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) menilai bahwa Indonesia berpotensi mengubah kekayaan sumber daya menjadi kemakmuran berkelanjutan.

Pasalnya, mineral kritis kini menjadi “minyak baru” dalam peta geopolitik abad ke-21. Mineral seperti nikel, kobalt, tembaga, lithium, dan logam tanah jarang muncul sebagai komponen penting bagi sejumlah sektor industri.

Baca Juga: Bahlil Blak-blakan Hilirisasi Indonesia Beda dari China dan Korea, Ini Penyebabnya

Phoumin menyatakan bahwa Indonesia berada tepat di pusat transformasi ini. Menurut U.S. Geological Survey, Indonesia memiliki cadangan nikel sekitar 55 juta ton, atau sekitar 42% dari cadangan global, menjadikannya yang terbesar di dunia. Indonesia juga termasuk dalam 10 besar produsen tembaga dan bauksit.

Untuk keluar dari posisi sekadar pemasok bahan mentah, Indonesia saat ini telah menerapkan kebijakan hilirisasi. Pemerintah melarang ekspor bijih mentah, membangun lebih dari 30 smelter, dan berhasil menarik investasi asing langsung senilai lebih dari US$30 miliar sepanjang 2019–2023.

“Kawasan industri seperti Morowali dan Weda Bay menjadi simbol ambisi Indonesia membangun ekosistem manufaktur baterai lengkap, dari tambang hingga perakitan kendaraan listrik,” ucap Phoumin.

Di sisi lain, MIND ID, Holding Industri Pertambangan, menegaskan posisinya sebagai ujung tombak nasional dalam mewujudkan visi hilirisasi tersebut. Fokus strategis MIND ID Group adalah pada pengembangan nikel secara terintegrasi guna mengamankan pasokan dan nilai tambah mineral kritis.

Melalui anggota holding, MIND ID memimpin sejumlah proyek raksasa yang bergerak dari pengolahan bijih hingga komponen baterai canggih. PT Vale Indonesia Tbk (Vale) tengah mengakselerasi tiga proyek Indonesia Growth Project (IGP).

Tidak hanya itu, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) secara agresif membangun ekosistem EV battery nasional. Proyek ini mencakup lima titik strategis di Halmahera Timur (Haltim) yang berfokus pada pemurnian nikel, dan satu proyek hilir kunci di Karawang, Jawa Barat, yang akan memproduksi material katoda untuk baterai kendaraan listrik.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI