Suara.com - Popularitas mobil listrik murni atau Battery Electric Vehicle (BEV) di kawasan Asia-Pasifik, di luar Tiongkok, dilaporkan mengalami perlambatan. Sebaliknya, kendaraan Full Hybrid Electric Vehicle (FHEV) justru kembali menjadi primadona dan pilihan utama konsumen yang mencari efisiensi.
Menurut laporan Just Auto, tren ini dipicu oleh beberapa faktor fundamental. Adopsi BEV di negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan terhambat oleh keterbatasan infrastruktur stasiun pengisian daya, biaya pembelian awal yang masih relatif tinggi, serta kekhawatiran klasik mengenai jarak tempuh.
Di sisi lain, pabrikan otomotif tradisional yang kesulitan bersaing dengan harga kompetitif BEV asal Tiongkok, kini melihat teknologi hybrid sebagai alternatif paling praktis untuk memenuhi regulasi emisi sekaligus menjawab permintaan pasar.
Data penjualan memperkuat sentimen ini. Sebuah studi menunjukkan bahwa pada kuartal pertama 2025, penjualan FHEV di Asia-Pasifik (tidak termasuk Tiongkok) melonjak 10 persen secara kuartalan (quarter-on-quarter). Angka ini melampaui pertumbuhan total penjualan kendaraan ringan atau light vehicle yang hanya berada di level 5 persen.
Di Jepang, segmen FHEV terus tumbuh subur berkat dukungan kuat dari pabrikan domestik yang menawarkan model-model andal dan irit bahan bakar.
Sementara di Korea Selatan, kekhawatiran konsumen soal jarak tempuh membuat pabrikan seperti Kia dan Genesis gencar memperluas lini produk hybrid mereka. Tren serupa juga terjadi di India dan kawasan ASEAN, di mana pengaruh kuat merek Jepang dan infrastruktur pengisian yang belum merata membuat konsumen lebih nyaman memilih hybrid.
Proyeksi ke depan pun sangat signifikan. Pada tahun 2030, FHEV diperkirakan akan menyumbang 31 persen dari total penjualan mobil di Jepang, meraih sepertiga pangsa pasar di Korea Selatan, dan mencapai 16 persen di India. Untuk pasar ASEAN sendiri, FHEV diprediksi akan mengambil porsi 20 persen dari total penjualan kendaraan pada akhir dekade ini.
Secara keseluruhan, penjualan FHEV di Asia-Pasifik di luar Tiongkok diperkirakan akan terus tumbuh sebesar 16 persen secara tahunan pada 2025. Meskipun BEV tetap menjadi tujuan jangka panjang elektrifikasi, untuk saat ini hybrid terbukti menjadi jembatan transisi yang paling praktis, yang menawarkan efisiensi bahan bakar dan pengurangan emisi tanpa mengorbankan kenyamanan konsumen.
Baca Juga: Banjir Mobil Listrik Murah Dinilai Tak Hanya Gerus Segmen LCGC