Hamzah Latief: Langka, Tsunami Selat Sunda Harus Diteliti Lebih Dalam

Senin, 24 Desember 2018 | 07:00 WIB
Hamzah Latief: Langka, Tsunami Selat Sunda Harus Diteliti Lebih Dalam
Pakar Tsunami Institut Teknologi Bandung (ITB) Hamzah Latief. (Dok Pribadi)

Suara.com - Pakar Tsunami Institut Teknologi Bandung (ITB) Hamzah Latief menyebut penyebab tsunami Selat Sunda masih menyisahkan banyak tanya. Tsunami Selat Sunda yang menerjang Pandeglang di Provinsi Banten dan Lampung Selatan sebagai peristiwa berbeda.

Sebab, tsunami terjadi tanpa diawali dengan gempa bumi. Dugaan sementara, tsunami Selat Sunda terjadi karena longsoran Gunung Anak Krakatau.

Catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Anak Krakatau merupakan gunung api muda yang muncul dalam kaldera, pasca erupsi paroksimal tahun 1883 dari kompleks vulkanik Krakatau.

Aktivitas erupsi pasca pembentukan dimulai sejak tahun 1927, pada saat tubuh gunung api masih di bawah permukaan laut. Tubuh Anak Krakatau muncul ke permukaan laut sejak tahun 2013. Sejak saat itu dan hingga kini Gunung Anak Krakatau berada dalam fasa konstruksi (membangun tubuhnya hingga besar).

Saat ini Gunung Anak Krakatau mempunyai elevasi tertinggi 338 meter dari muka laut (pengukuran September 2018). Karakter letusannya adalah erupsi magmatik yang berupa erupsi ekplosif lemah (strombolian) dan erupsi epusif berupa aliran lava. Pada tahun2016 letusan terjadi pada 20 Juni 2016, sedangkan pada tahun 2017 letusan terjadi pada tanggal 19 Februari 2017 berupa letusan strombolian.

Hamzah Latief menilai peristiwa tsunam Selat Sunda sebagai peristiwa yang langka terjadi. Ilmuwan perlu turun tangan meneliti peristiwa tersebut. Apa saja yang perlu dilakukan? Apa yang menyebabkan tsunami Selat Sunda terjadi?

Berikut wawancara lengkap Suara.com dengan Hamzah Latief:

Tsunami Selat Sunda yang menerjang Pandeglang dan Lampung Selatan berbeda, tanpa ada gempa terlebih dulu. Bagaimana analisa Anda?

Itu diakibatkan Gunung Anak Krakatau. Tapi secara mekanisme, belum tahu. Akibatnya bagaimana? Apakah karena letusan atau karena pertemuan antara lava panas dengan air. Sehingga terjadi gelombang.

Baca Juga: Gubernur Lampung: Masyarakat Tetap Waspada, Tsunami Bisa Datang Kapan Saja

Tapi clear, tsunami itu dari Gunung Anak Krakatau.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengatakan perlu penelitian untuk meyimpulkan kalau tsunami tersebut diakibatkan oleh Krakatau. Karena saat rekaman getaran tremor tertinggi Gunung Anak Krakatau yang terjadi bulan Juni 2018 tidak menimbulkan gelombang terhadap air laut bahkan hingga tsunami. Bagaiamana menurut Anda?

Nah itu dia, kalau PVMBG saja yang mengawasi Krakatau masih bingung, bagaimana kami yang tidak memiliki data.

Tetapi kalau di-inverse dari data pasang-surutnya yang ada jelas tsunami itu sumbernya dari Krakatau. Kemudian yang tidak kita ketahui terkait mekanismenya. Apakah itu longsoran bawah laut atau fenomena seperti ini.

Kalau Anda pernah lihat ada orang menggoreng ikan waktu minyak panas baru kita masukan ikannya itu kan kaya meledakkan. Nah ini sebaliknya, ada air di sekitarnya keluar lava panas bertemu dengan air dan bisa menimbuklan seperti bom air 'water bomb'

Akibat perpindahan panas dan itu bisa mengekspansi air untuk bergerak. Nah tetapi ini memang perlu penelitian, artinya kita memang perlu ke sana. Kalau memang itu benar ada longsoran apa ada perubahan batimetri (kedalaman air) atau tidak.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI