Apotek 24 Jam Saja Bisa Mati, Nasihat Rhenald Kasali untuk Pebisnis Pemula

Senin, 14 Januari 2019 | 14:16 WIB
Apotek 24 Jam Saja Bisa Mati, Nasihat Rhenald Kasali untuk Pebisnis Pemula
Rheland Kasali. [Suara.com/Erick Tanjung]

Termasuk apotek konvensional juga bakal tergerus, hati-hati itu. Sekarang ada aplikasi yang kita bisa memesan  tebus resep dan obatnya bisa diantar bahkan saat tengah malam. Jadi, apa bisa apotek konvensional walau sudah buka 24 jam bisa laku? Intinya, semua yang konvensional, pebisnis atau pelaku usaha pemula yang cara berpikirnya masih konvensional, makal tergerus.

Kalau peluang bisnis yang potensial?

Akan muncul hal-hal baru yang tak terduga, akan muncul bisnis-bisnis skala rumahan, yang berkaitan dengan teknologi informasi, jasa-jasa, serta terkait pemotongan mata rantai distribusi.

Bagaimana cara bisnis analog yang kekinian masih ada untuk bertahan dalam situasi perubahan itu?

Untuk bertahan mereka harus membuat produk dan layanan yang relevan. Mereka harus masuk ke layanan daring, mereka harus digitalisasi. Dengan begitu, mereka bisa merampingkan biaya produksi, sehingga bisa menekan harga jual barang.

Jadi, terkait hal ini, era digital membuat biaya bisnis itu semakin murah, sudah pasti itu.

Bagaimana yang anda maksud dengan lebih baik pegang kendali dari pada dikuasai pada era pergeseran bisnis analog ke digital?

Lebih baik pegang kendali itu artinya benar-benar mempunyai jaringan-jaringan yang lebih kuat. Bagaimana kita selalu mempunyai posisi yang lebih mapan, harus mencari suatu keadaan di mana kita siap dengan dunia digital itu, menjadi lebih relevan. Kalau tidak pegang kendali, maka kita akan dikendalikan oleh orang lain, tiba-tiba kita menjadi sepi, menjadi kosong,  menjadi museum.

Lihat pabrik gula Colomadu,  jadi museum. Lihat apa yang terjadi dengan Merpati Airlines. Apa yang terjadi dengan jamu Nyonya Menir?

Baca Juga: Mulanya Dikira Tumor, Ternyata Lintah Hidup di Tenggorokan Wanita Ini

Jadi kita harus pegang kendali, mempunyai sumber daya manusia yang bagus, mempunyai kualitas yang baik agar Indonesia lebih baik.

Apa perubahan platform itu hanya menguntungkan korporasi besar untuk mencaplok yang kecil-kecil?

Intinya, pergeseran bisnis dari analog ke digital itu hanya menguntungkan yang relevan. Pelaku bisnis besar kalau tak relevan lagi ya pasti dicaplok dengan yang lebih kecil.

Contohnya, Nokia saja mati. Nokia kan bukan UKM lho. Sony sekarng saja sekarang sempoyongan. Sementara industri rumahan sekarang berkembang.

Di Indonesia bagaimana para pelaku bisnis baru (startup) bisa bersaing dan tidak kalah dengan raksasa digital dari luar?

Kolaborasi, harus kolaborasi. Mempelajari kualitas teman, menjadi relevan, dan harus terus beradaptasi dengan itu. Karena siapa pun akan berkolaborasi dengan yang lebih besar. Misalnya BRI berkolaborasi dengan Fintech. Dia berkolaborasi, kalau enggak, bakal dimusuhi.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI