Suara.com - Persoalan mikroplastik selama ini santer didengungkan oleh para aktivis dan pecinta lingkungan. Mereka giat mengkampanyekan ke masyarakat mengenai bahaya mikroplastik bagi lingkungan dan makhluk hidup, termasuk juga berbahaya untuk manusia.
Di antara aktivis itu adalah Andreas Agus Kristanto Nugroho, peneliti Ecological Observations and Wetlands Conversation (Ecoton). Lewat penelitiannya di sekitar Kali Brantas, Jawa Timur, ia pun membuktikan bahwa mikroplastik telah mencemari habitat tersebut.
Dalam penelitiannya, Andreas membuktikan bahwa 72 persen ikan di hilir Kali Brantas di saluran pencernaannya terdapat mikroplastik. Alumnus S2 Biologi Unair Surabaya ini juga membuktikan bahwa feses manusia yang ada di Klali Brantas mengandung mikroplastik.
SuaraJatim.id berkesempatan berbincang dengan Andreas mengenai persoalan mikroplastik ini, terutama mikroplastik yang mencemari Kali Brantas yang notabene adalah sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa. Berikut petikan wawancara dengannya:
Sebenarnya apa itu mikroplastik?
Mikroplastik itu ada dua macam, ada mikroplastik primer, ada mikroplastik sekunder. Mikroplastik primer itu adalah mikroplastik yang sengaja dibentuk oleh industri untuk dimasukkan dalam produk-produk mereka (seperti kosmetik dan detergen). Kedua, itu adalah mikroplastik sekunder yang merupakan mikroplastik hasil proses disrupsi atau penghancuran plastik-plastik yang besar itu.
Berapa ukuran mikroplastik?
Ketika disebut mikroplastik itu ukurannya adalah di bawah lima milimeter.
Apa bahaya mikroplastik terhadap lingkungan?
Baca Juga: Waduh! Tiap Hari Ada Sejuta Popok Bekas Pakai Cemari Sungai Brantas
Bahaya mikroplastik itu bisa kita kategorikan tiga (dua) macam. Ada yang dari mikroplastiknya sendiri, dari plastik yang mengandung ftalat biasanya digunakan untuk pelentur plastik. Terus yang kedua adalah si mikroplastik itu ikatannya terbuka, sehingga dia akan dapat mengikat apa pun yang ada di sekitar mereka. Kalau mereka ada di perairan, dia akan mengikat limbah industri yang ada di sana (seperti) detergen, logam berat, pestisida dan berbagai macam yang ada di air.
Karena itu mikroplastik mengancam habitat?
Iya, prosesnya (mikroplastik) akan masuk ke dalam sistem makhluk hidup. Kalau di perairan dia bisa masuk di ikan, di plankton, di udang, di kerang. Dan kalau sudah masuk bahaya-bahaya yang ada di sana, kalau si mikroplastik itu dipandang sebagai mikroplastik yang mengandung bahan plastik ftalat tadi.
Ftalat itu adalah salah satu zat yang kita sebut endocrine dusrupting chemicals atau zat yang dapat mengganggu sistem hormon makhluk hidup. Yang kedua, si penumpangnya mikroplastik (seperti limbah kimia, pestisida) ketika masuk ke dalam sistem makhluk hidup dia akan lepas, dia akan beredar di sistem tubuhnya dan akan terakumulasi di dalam tubuh.
![Peneliti Ecoton, Andreas Agus Kristanto Nugroho, saat menjelaskan penelitian partikel mikroplastik. [Dok. pribadi]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/07/22/31786-peneliti-ecoton-andreas-agus-kristanto-nugroho-saat-meneliti-partikel-mikroplastik.jpg)
Hal itu berlaku untuk seluruh makhluk hidup?
Iya, betul.