Dubes RI Djauhari Oratmangun: China Dukung Kita Jadi Pusat Produksi Vaksin

Kamis, 29 Oktober 2020 | 12:15 WIB
Dubes RI Djauhari Oratmangun: China Dukung Kita Jadi Pusat Produksi Vaksin
Ilustrasi wawancara. Dubes RI untuk China Djauhari Oratmangun. [Foto: Dok. KBRI / Olah gambar: Suara.com]

Tapi itu udah selesai. Mudah-mudahan gak ada lagi pengiriman-pengiriman dari Indonesia. Kan agennya sudah ditangkap, sudah diproses pengadilan di Indonesia. Baik agennya dari Indonesia maupun agennya dari China.

Dubes RI untuk China Djauhari Oratmangun (kiri) menerima cendera mata dari Wakil Presiden China Gezhouba Group International Engineering Co Ltd, Hu Peng, di Wisma Duta KBRI Beijing pada Senin (18/5/2020). (ANTARA/HO-KBRI Beijing/mii)
Dubes RI untuk China Djauhari Oratmangun (kiri) saat menerima cendera mata dari Wakil Presiden China Gezhouba Group International Engineering Co Ltd, Hu Peng, di Wisma Duta KBRI Beijing pada Senin (18/5/2020). (ANTARA/HO-KBRI Beijing/mii)

Sekarang soal vaksin ya, Pak.

Oke, diplomasi vaksin. Saya berikan penjelasan dulu, nanti habis itu baru nanya ya.

Saya sebut bukan hanya diplomasi vaksin, tapi diplomasi vaksin dan alat-alat kesehatan. Karena sejak mulai merebaknya COVID-19, lalu kemudian masuk ke Indonesia, pada saat itu kita kekurangan alat-alat kesehatan dan lain-lain. Lalu kita kan berdiplomasi juga.

Saat China menghadapi masalah di Wuhan, kita juga kirim bantuan. Jadi, ketika kita sedang menghadapi masalah, bantuan dari China juga luar biasa. Diangkut mungkin lebih dari 10 pesawat, baik Garuda, Hercules, dan lain-lain. Saya awasi semua itu. Waktu itu diangkut di periode mulai Maret sampai Mei. Setelah itu kan sudah sangat berkurang, termasuk ventilator dan lain-lain. Itulah diplomasi alat kesehatan.

Sekarang diplomasi vaksin. Begitu kita tahu bahwa mulai ada penelitian vaksin di China, Menteri Luar Negeri menginstruksikan saya supaya melakukan pendekatan-pendekatan kepada pihak-pihak yang melakukan research dan penelitian di bidang kevaksinan di sini, yakni Sinovac, Sinopharm, CanSino, dan lain-lain.

Itulah kemudian terwujud kerja sama kita dengan mereka, yang sealed atau ditandatangani itu. Oh ya, kita juga berkonsultasi dengan Biofarma di Indonesia.

Jadi Indonesia itu bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan vaksin di China. Pertama itu Sinovac Biotech Ltd., kedua CanSino, dan ketiga Sinopharm. Jadi ada tiga yang kita kerja samakan di sini. Khusus dengan Sinovac, kerja sama itu dilakukan melalui G42 yang ada di Uni Emirates Arab. Karena memang mereka kan di sana.

Itulah yang dilakukan kemudian oleh Menteri Luar Negeri dan Menteri BUMN saat berkunjung ke Sanya bulan Agustus lalu, yang juga menyaksikan pendandatanganan antara Biofarma dan Sinovac. Kemudian dengan yang di United Arab Emirates, G42, saya lupa dengan Kimia Farma atau dengan Biofarma. Nanti bisa dicek karena saya gak mengurusi itu. Saya ngurusin yang di sini saja [PT Kimia Farma kerja sama dengan perusahaan asal UEA G42 Healthcare Holdings terkait pengembangan produk-produk vaksin COVID-19 --Red].

Baca Juga: Penelitian Awal Vaksin Sinovac Dilakukan di Luar Negeri, Ini Kata BPOM

Untuk memastikan itu semua dan sebagai tindak lanjut dari kesepakatan yang terjadi saat kunjungan Menteri Luar Negeri dan Menteri BUMN, Pak Menkomarinves pun datang. Beliau didampingi Menteri Kesehatan. Agendanya adalah untuk membahas dengan ketiga dari mereka tersebut.

Di dunia ini yang sudah uji klinis fase ke-3 itu ada 7 produsen vaksin. Empat itu dari China, 3 dari Eropa dan Amerika.

Untuk dari China itu, yang tiga itu yang sudah kita hubungi yaitu Sinovac, CanSino, dan Biofarma. Sedangkan satu lagi itu adalah institusi militer di sini yang punya. Jadi itu untuk kebutuhan militer merekalah. Kira-kira seperti itu.

Pada saat berkunjung ke sini, Menkomarinves khususnya Menkes melakukan pembicaraan dengan Menlu dan state counsellor Wang Yi. Memang dicapai kesepakatan untuk mendukung Indonesia agar menjadi pusat manufaktur vaksin di kawasan kita, di kawasan Asia Tenggara. Kenapa? Biofarma itu kan sudah memproduksi vaksin-vaksin yang lain juga, vaksin polio dan lain-lain. Industri farmasi mereka kan usianya sudah 130 tahun. Jadi sudah cukup tua, sudah sejak zaman Belanda. Karena itu saat berkunjung ke sini, Pak Honesti Basyir, chairman dari Biofarma, juga disertakan untuk melakukan pembahasan di sini.

Vaksin dari ketiga perusahaan tersebut uji klinisnya sudah memasuki tahap ke-3 dan dalam proses untuk mendapatkan yang namanya emergency use authorization atau EUA.

EUA di sejumlah negara. CanSino melakukan uji klinis tahap ketiga di Tiongkok, Uni Emirates Arab, Peru, Maroko, dan Argentina. Sementara Sinovac melakukan uji klinis tahap ketiga di Tiongkok, Indonesia, Brazil, Turki, Bangladesh, dan Chili. Nah, emergency use authorization itu dari pemerintah Tiongkok telah diberikan kepada ketiga perusahaan tersebut.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI