Walaupun pariwisata tahun ini itu sedikit, bukan sedikit ya, tapi Januari sampai September belum ada perkembangan yang positif, itu tetap kita promosikan mulai dari sekarang dengan memanfaatkan platform-platform digital, media sosial yang ada di sini.
Dengan new normal, sekarang semua serba virtual. Jadi, kita lakukan banyak hal seperti promosi investasi, promosi perdagangan, promosi pariwisata secara virtual. Kalo perdagangan kan promosi bisa online, tapi nanti belinya di offline. Jadi bisa lakukan branding untuk produk-produk Indonesia secara online.
Nah, itu kira-kira yang bisa saya sampaikan. Apakah saya masuk ke diplomasi vaksin baru kita lihat yang detail-detail, terserah Mbak saja.
Kita diskusikan dulu topik yang sudah Pak Joe sampaikan ya.
Oke.
Menyambung soal ekonomi digital. Pandemi menciptakan iklim bahwa komunikasi atau kegiatan virtual menjadi sesuatu yang bukan lagi pilihan tetapi harus dilakukan. Apakah ini bisa menjadi driving force untuk memacu perdagangan lewat platform marketplace?
Betul. Kalo itu saya percaya. Lihat saja sekarang pemain-pemain digital economy di Indonesia. Itu kan semua anak-anak muda yang brilian. Saya diberi kabar bahwa startup-startup baru yang muncul di Indonesia selama periode pandemi saja, sudah di atas 100-an. Itu kan luar biasa.
Jadi mereka inilah yang sebenarnya leading up, atau akan leading kita untuk memasuki ke dunia yang ‘new normal’. New normal, salah satu yang akan menonjol itu adalah digital economy.
Infrastruktur kita juga sudah punya, dengan Palapa Ring yang diresmikan tahun lalu. Sekarang itu harus dipercepat. Malah di China misalnya saya sudah mempromosikan juga sejak April atau Mei itu program ‘work from Bali’. Jadi orang bisa bekerja saja dari Bali. Kenapa? Karena perusahaan-perusahaan digital atau Internet of Things dan lain-lain, itu kan sudah mengizinkan karyawannya untuk work from home.
Baca Juga: Penelitian Awal Vaksin Sinovac Dilakukan di Luar Negeri, Ini Kata BPOM
Nah, work from home bisa juga kita konversikan jadi work from tourist destination. Jadi bisa from Bali, from Manado, from Maluku, from Danau Toba, from Yogya, dan lain-lain. Dan itu kan sudah dilakukan oleh kebanyakan anak-anak muda kita. Di Indonesia, mereka yang bermain di digital juga bekerja dari Yogya, mereka kerja dari Bali, dari Medan, dan lain-lain.
Betul. Bagaimana animo masyarakat di China soal promosi work from Bali? Apakah responsnya baik?
Oh iya. Respons dari pelaku-pelaku di China itu luar biasa. Saya malah wawancara di Phoenix TV di sini. Selama 9 menit khusus mengenai itu. Jadi responsnya luar biasa. Sekarang kalo [cek] ke Youtube kan sudah beberapa hotel di Bali mulai menawarkan program work from Bali. Respons di China juga cukup tinggi. Cuma kan sekarang masing-masing harus membuka diri dulu. Apakah turis sudah bisa datang berkunjung? Mungkin dengan travel arrangement itu salah satu, bisa ya. Tapi itu kan masih butuh proses.
Pemerintah kan punya kebijakan travel corridor arrangement. Oh, tetapi itu bukan untuk turis ya?
Iya bukan. Itu untuk essential businesses.
Tidak bisa untuk memfasilitasi mereka yang tertarik atau berminat datang untuk bekerja dari Indonesia?