Suara.com - Pandemi Covid-19 masih menjadi momok di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Tim Koordinator Relawan Satgas Covid-19, dr. Muhamad Fajri Adda'i mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi oleh tenaga kesehatan saat ini.
Pertama dan yang paling berbahaya, tentu saja adalah risiko infeksi Covid-19 yang berasal dari pasien.
Berdasarkan data Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) per 3 November 2020, terdapat total 161 dokter yang meninggal akibat terinfeksi Covid.
Para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 82 dokter umum (4 guru besar), 68 dokter spesialis (6 guru besar), dan 2 residen yang berasal dari 18 IDI Wilayah (Provinsi) dan 69 IDI Cabang (Kota/Kabupaten).
Menyikapi hal ini, dokter Fajri, begitu ia akrab disapa, menyebut butuh ketegasan dan sinergi antara pemerintah pusat dan perintah daerah dalam penanganan pandemi Covid-19. Keseriusan bisa dilihat dalam penanganan pandemi yang lebih memperhatikan pencegahan dibandingkan pengobatan.
"Covid ini potensi penularannya bisa menjadi superspreader. Satu orang bisa menularkan sampai 20 orang dan terus begitu," ungkap dokter Fajri.
"Bagaimana ceritanya kalau penularan itu jauh lebih cepat daripada penanganan daripada tracingnya? Saya mengibaratkan ini seperti kita mengejar anjing: anjingnya lari 100 kilometer per jam, kita cuma lari 20 kilometer per jam. Itu yang jadi masalah sekarang. Mau sampai kapan?" tegasnya.
Bukan hanya itu, lelaki lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta juga menanggapi kabar tentang vaksin Covid-19 yang disebut akan mulai beredar tahun depan.
Menurut dr Fajri, vaksin bukanlah jalan keluar instan dari pandemi. Justru perubahan perilaku dengan mengedepankan protokol kesehatan, mulai dari jaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan dengan sabun, yang bisa melindungi masyarakat dari risiko infeksi Covid-19.
Baca Juga: Vaksinasi Corona Diprioritaskan untuk Garda Terdepan
"Kalau saya menganalogikan pandemi ini adalah seperti naik mobil saat hujan dan petir. Kalau nggak penting, nggak usah keluar rumah. Kecuali misalnya nyari nafkah, ada hal yang mendesak, itu boleh. Lalu, tetap pakai masker dan jaga jarak. Jangan sembarangan keluar dan wajib menghindari tempat yang ramai," tegasnya.
Dalam webinar bertajuk "Jibaku Tenaga Kesehatan & Satgas Tangani Covid-19 di Lapangan" yang diselenggarakan Suara.com pada Kamis (16/10/2020) lalu, dr Fajri membahas lengkap fakta penanganan Covid-19 di lapangan dan bagaimana peran satgas Covid-19 dalam menekan angka penyebaran.
Simak penjelasan lebih lengkap dr Fajri dalam artikel wawancara berikut ini:
Dokter, bagaimana sih Dok penanganan pasien covid-19 ini yang terjadi di rumah sakit sekarang ini? Seperti apa?
Jadi, tenaga kesehatan termasuk dokter, perawat, dan bahkan bidan, memang ditempatkan di fasilitas kesehatan. Ada yang di fasilitas primer seperti puskesmas, ada yang di rumah sakit, ada juga yang diperbantukan di RS Darurat Wisma Atlet misalnya.
Dan memang, yang paling berisiko tinggi adalah dokter atau tenaga medis yang bekerja di ruang khusus Covid, terutama ruang-ruang seperti ICU, karena pasien jelas severe atau kondisi berat ya, pakai ventilator, pakai alat bantu napas dan sebagainya, dan (tenaga medis --Red) terpapar dalam durasi yang cukup panjang dengan risiko sangat tinggi.