Meskipun Jakarta ini misalnya sudah jadi episentrum Covid-19?
Iya, sekali pun ada terjadi begitu.
Setelah adanya pelarangan mudik dan kebijakan new normal selama dua tahun ini, apa sudah efektifkah masyarakat menjalankan kehidupan baru?
Sejauh dari data-data ya, kalau secara umum, saya kira lumayanlah perkembangan dari partisipasi masyarakat dalam menjaga diri dan dalam merespon kebijakan pemerintah mengenai Covid-19 ini, dalam situasi di mana dia mesti bekerja sambil meliuk-liuk di tengah pandemi ini.
Misalnya, kita di awal-awal Covid dulu dibayangi dengan risiko harian yang bisa ratusan, puluhan ribu. Sampai hari ini, sekali pun angkanya masih tetap tinggi, tetapi proyeksi dan skenario yang buruk itu untungnya tidak kejadian di kita. Jadi dari segi itu, boleh dibilang ada penebalan kesadaran dan partisipasi masyarakat kita dalam menjaga diri menahan pandemi. Dari segi itu ada menurut saya ada.
Tapi ini tidak bisa dijadikan konstanta dalam kebijakan. Karena dari pengalaman India, sikap masyarakat bisa berubah dengan cepat kalau dia distimulir oleh kebijakan politik yang keliru. Di India itu, PM Modi yang memobilisasi kepentingan politik primordialnya untuk menang pemilu, dia yang menstimulasi supaya orang keluar untuk berbagai macam festival itu.
Jadi dari India itu, terbukti dari kepemimpinan politik, kebijakan dan pesan yang keliru itu, bisa mengubah satu situasi kesadaran Covid yang sudah mulai lumayan. Maka tetap perlu hati-hati di situ. Rasionalitas medis itu harus tetap diperkuat, supaya tidak lengah. Kita jangan tergoda menukarkan keselamatan medis dalam pandemi ini demi kepentingan politik apa pun. Karena situasinya masih belum bisa kita handle.