Wawancara Khusus Moeldoko: Kita Punya Komitmen Serius Atasi Perubahan Iklim

Jum'at, 29 Oktober 2021 | 07:20 WIB
Wawancara Khusus Moeldoko: Kita Punya Komitmen Serius Atasi Perubahan Iklim
Ilustrasi wawancara khusus. Kepala Staf Kepresidenan RI Jenderal TNI (Purn) Moeldoko. [Foto/olah gambar: Suara.com]

Berikutnya untuk kendaraan transportasi umum yang bersifat mengangkut personal. Itu nanti juga secara bertahap, bagaimana nanti di kementerian/lembaga, di TNI-Polri, itu menjadi prioritas. Berikutnya transportasi umum seperti Transjakarta dan yang lain-lain, itu juga menjadi tahapan-tahapan yang akan diselaraskan dengan roadmap tadi. Itulah keseriusan pemerintah dalam menyikapi itu.

Berikutnya yang kedua, Presiden sangat menyadari bahwa ke depan itu baterai adalah sebuah salah satu substitusi energi. Di mana kita memiliki sumber daya mineral yang cukup memadai, di antaranya kobalt dan nikel yang cukup memadai di Indonesia. Kita menjadi kalau tidak salah nomor dua dunia atas sumber daya yang kita miliki itu. Maka ke depan, kita tidak saja membangun smelter untuk feronikel, tetapi bagaimana sudah menuju kepada hilirisasi. Maka kalau kita makro, arahan Presiden, pembangunan sumber daya manusia, melanjutkan pembangunan infrastruktur, reformasi birokrasi, reformasi atau melakukan deregulasi penyederhanaan regulasi melalui Omnibus Law.

Yang terakhir ini adalah transformasi ekonomi. Yang dulu kita lebih senang menjual sumber daya alam, raw material kita keluar, tapi sekarang ini Presiden menekankan pada sebuah transformasi, yang tidak bisa lagi ditunda. Dulu kita pernah memiliki minyak. Minyak habis kita baru menyesal. Dulu kita memiliki hutan, memiliki kayu yang luar biasa. Kayu habis menyesal lagi. Kita sekarang memiliki batubara dan memiliki mineral yang lain, atau nikel tadi. Jangan sampai karena keteledoran kita lagi, kita menjadi menyesal untuk berikutnya. Untuk itu, Presiden sangat menekankan bagaimana kita menuju kepada hilirisasi itu, sehingga Pepres 55 nanti ini betul-betul bisa diakselerasi TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri)-nya.

Sekarang ini, TKDN kalau kita bicara MAB (Mobil Anak Bangsa), itu TKDN-nya baru 50%. Tetapi ke depan, kalau sudah kita memiliki baterai sendiri, maka TKDN kita menjadi hampir mendekati 90%, karena sebagian besar dari mobil listrik itu kekuatannya ada di baterai. Ini kesadaran menuju ke sana sangat tinggi, sehingga ini nanti bisa menjadi faktor leverage ya, untuk pertumbuhan ekonomi ke depan.

Di roadmap, tahapan yang harus segera dijalankan apa? Apakah industri baterainya sendiri harus ada, kemudian eksekusinya, dan tahun berapa harus sudah clear? Apakah ada tahapannya?

Ya, ada tahapan menuju kepada hilirisasi tadi, karena secepatnya bahwa kita harus segera bisa memproduksi baterai sendiri itu, dan ini beberapa investor dari luar sudah datang untuk membangun industri baterai listrik Indonesia.

Di agenda pemerintah, tahun berapa Pak, (itu) bisa mulai digencarkan?

Memang ini tergantung juga dari kesiapan industri itu sendiri ya. Kalau investor, untuk sementara yang sudah hadir di Indonesia ada Hyundai menuju kepada mobil listrik ke depan. Berikutnya juga Wuling, juga menuju mobil listrik ke depan. Kalau dalam negeri, yang sudah mulai hadir sudah mulai banyak juga. Sepeda motor roda ada Gesits, berikutnya ada beberapa yang lain. Berikutnya untuk mobil transportasi ada MAB, dan mungkin juga akan menyusul berikutnya.

Semuanya itu, sekali lagi, kalau mendapat dukungan dari pemerintah, maka akan bisa berjalan dengan cepat. Apakah itu sementara ini (dengan) diberikan insentif yang cukup memadai, sehingga pertumbuhan pembangunan mobil listrik di Indonesia menjadi cepat. Berikutnya ada insentif-insentif yang lain, sehingga harga menjadi tidak begitu mahal. Karena mobil listrik sekarang ini memang masih mahal. Tetapi ke depannya kan, harapan kita, kalau baterainya menjadi murah, maka mobil listrik itu otomatis akan murah.

Baca Juga: Kepala MAN Insan Cendekia Serpong Abdul Basit: "Outcome" Pendidikan Harus Jelas, Terukur

Founder PT Mobil Anak Bangsa (MAB) Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko (kanan) menyerahkan bus listrik MAB tipe MD 12E NF secara langsung kepada Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper Sihol Parulian Aritonang di samping bus listrik MAB tipe MD 12E NF yang terparkir di Gedung Sahid Sudirman Center, Jakarta, Selasa (31/8/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Founder PT Mobil Anak Bangsa (MAB) Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko (kanan) menyerahkan bus listrik MAB tipe MD 12E NF secara langsung kepada Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper Sihol Parulian Aritonang, di Gedung Sahid Sudirman Center, Jakarta, Selasa (31/8/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Kita tahu Pak Moeldoko juga pendiri MAB yang sejauh ini fokus dan terus bergerak mengembangkan mobil listrik, khususnya untuk kendaraan bus itu. Bisa dibeberkan sedikit, bagaimana visi dan komitmennya terkait isu lingkungan ini, dan bagaimana perkembangan MAB sendiri sejauh ini?

Komitmen kita sebenarnya ikut membantu bagaimana membangun sebuah lingkungan, enviroment yang semakin baik ya. Itu misi besarnya, ikut terlibat membantu pemerintahan dalam mewujudkan zero emisi tadi. Itu misi besar kita. Berikutnya untuk bisa menuju ke sana, maka MAB berpikir mau ke mana ini yang harus didahulukan dalam mewujudkan mobil listrik ini. Maka kita memikirkan untuk membangun transportasi umum. Kenapa transportasi umum? Karena kalau dilihat perbandingan dari 1 bus itu, bisa 4 sampai dengan 40 orang. Bisa dibayangkan itu 40 orang itu menggunakan mobil, beberapa mobil yang banyak bertebaran dan mengeluarkan emisi itu. Itu yang pertama kenapa harus mobil transportasi.

Yang kedua, kita juga sedang menyiapkan untuk membangun truk listrik. Kenapa truk listrik? Karena kalau kita lihat, perbandingan mobil yang ada di Indonesia itu, antara transportasi umum, bus, truk itu juga populasinya sangat besar. Jadi kalau itu tergantikan dengan truk listrik, maka itu juga reduksi itu juga cukup tinggi ya, reduksi emisi itu.

Berikutnya ada varian-varian lain yang kita ingin kembangkan. Contohnya, kita lagi menyiapkan desain untuk Metropod. Metropod itu kendaraan feeder, yang bisa dibayangkan seperti ini, kalau kita lihat di BSD, Perumahan BSD, dari Stasiun BSD umpamanya masyarakat turun melalui feeder itu, dia masuk ke area perumahan yang jaraknya antara 5 sampai dengan 8 km, berputar di situ, sehingga di dalam perumahan itu menjadi bersih. Itu yang sedang saya pikirkan untuk itu. Sehingga Metropod itu (penumpangnya) hanya 9 orang, ikut bagaimana berkontribusi atas lingkungan yang semakin baik dari sisi emisi tadi. Kira-kira arahnya ke sana.

Ini (Metropod tersebut) masih rencana atau bagaimana?

Bukan berencana, kita sudah lagi develop truknya. Metropodnya sudah selesai desainnya, tinggal diimplementasikan. Berikutnya nanti, terakhir kita juga sedang menyiapkan untuk sepeda motor ya. Karena saya membayangkan, kalau konsumsi masyarakat Indonesia untuk motor itu kurang lebih 7 juta per tahun ya, itu kalau bisa secara alamiah tergantikan, maka itu juga akan memiliki hal yang penting menuju zero karbon.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI