Tips dari HAUS! Agar UMKM Masuk Pasar Kelas Menengah Atas

Iwan Supriyatna Suara.Com
Jum'at, 26 Agustus 2022 | 15:09 WIB
Tips dari HAUS! Agar UMKM Masuk Pasar Kelas Menengah Atas
Ilustrasi umkm (freepik)

Untuk itu, Gufron menyarankan UMKM yang ingin naik kelas bisa mulai dengan menyasar pasar menengah ke bawah karena belanja modal yang lebih kecil dibandingkan langsung ke pasar kelas menengah ke atas. Pasalnya, kelas menengah ke atas sangat menuntut branding, kebersihan dan lokasi yang luas sehingga butuh biaya yang lebih besar.

Toko pertama HAUS!, katanya, berlokasi di daerah Kemanggisan, di dekat kampus Binus dengan luas hanya 4x3 meter. Biaya sewa saat itu hanya Rp4 juta sebulan atau setara dengan Rp48 juta sebulan. Dengan modal minim, HAUS mulai berjalan.

“Setelah bisnis berjalan, saatnya melebarkan sayap ke pasar menengah ke atas. Dari toko 3x4 meter, sekarang 5x15 meter dengan AC, TV, serta tampilan yang lebih bersih dengan alat yang lebih modern. Soalnya, hal yang paling penting buat pasar menengah ke atas ialah kebersihan. Itu terwujud setelah HAUS! berdiri selama dua tahun,” jelasnya.

Gufron menuturkan tips selanjutnya ialah ketika mendapatkan keuntungan, UMKM harus menginvestasikan lagi untuk mengembangkan usaha. HAUS!, misalnya, terus melakukan investasi karena berdasarkan riset, pasar minuman Boba tumbuh 8% per tahun.

Untuk itu, menurutnya, bagi UMKM yang hendak naik kelas, tips selanjutnya ialah jangan memilih produk yang kita sukai, tetapi produk yang memiliki pertumbuhan bagus karena sesuai dengan selera pasar.

Gufron menambahkan, hal penting lainnya ialah tidak harus menyasar ke segmen kelas atas atau menengah. Jauh lebih penting ialah menjadi juara di kelas masing-masing. Dengan kata lain, yang lebih penting ialah bagaimana membesarkan usaha kita.

“Dari yang tadi tidak punya pembukuan, mulai tertib. Dari yang tadi tidak punya branding, cuma jual barang, sekarang sudah punya brand dikenal orang karena tiap segmen itu sama seksinya,” paparnya.

Gufron menambahkan, seiring waktu, dengan dana yang lebih besar, kepercayaan mulai muncul. HAUS! pun kemudian naik kelas tanpa meninggalkan market menengah ke bawah yang cukup besar. Ketika naik kelas, UMKM juga perlu menyediakan anggaran marketing sekitar 5% dari omset untuk membangun kesadaran secara online dan offline.

“Yang penting juga ialah tim atau organisasi. Saya mencoba mapping kekuatan dan kelemahan saya, sehingga merekrut orang yang punya kelebihan. Saya bikin tim, walaupun ada yang harus dibagi tapi itu tidak masalah karena usaha juga berkembang,” tutupnya.

Baca Juga: Sosialisasikan Perda, Garinca Dorong Kebangkitan UMKM Lamtim

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI