Suara.com - Maskapai penerbangan komersial di seluruh dunia membatalkan rute penerbangannya di kawasan Timur Tengah. Hal ini dikarenakan usai Amerika Serikat menyerang Iran.
Salah satu maskapai Singapore Airlines (SIAL.SI) yang paling terkenal menunda penerbangan rute di kawasan Timur Tengah. Sebab, situasi yang panas terhadap agresi Israel dan Iran yang "tidak pasti" sehingga bisa membahayakan penerbangan.
Padahal, rute Timur Tengah menjadi lebih penting untuk penerbangan antara Eropa dan Asia sejak wilayah udara Rusia dan Ukraina ditutup karena perang. Apalagi; situs web pelacakan penerbangan FlightRadar24 menunjukkan ruang kosong di atas Iran, Irak, Suriah, dan Israel yang tidak dilalui oleh pesawat.
Selain itu, maskapai, Air France KLM (AIRF.PA) mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka membatalkan penerbangan ke dan dari Dubai dan Riyadh pada hari Minggu dan Senin. Hal itu juga dikuti oleh British Airways, yang dimiliki oleh IAG ICAG.L juga membatalkan penerbangan ke dan dari Dubai dan Doha untuk hari Minggu.
Mereka masih meninjau situasi, katanya dalam sebuah pernyataan pada Minggu malam, ketika ditanya tentang penerbangan selanjutnya. Serangan rudal dan pesawat nirawak di sejumlah zona konflik yang terus bertambah menimbulkan risiko tinggi bagi lalu lintas penerbangan.
Apalagi, sebuah organisasi yang memantau risiko penerbangan, Safe Airspace, situs web yang dikelola oleh OPSGROUP, memperingatkan pada hari Minggu bahwa serangan AS terhadap situs nuklir Iran dapat meningkatkan ancaman bagi operator Amerika di wilayah tersebut.
Beberapa hari sebelum serangan AS, American Airlines (AAL.O) menangguhkan penerbangan ke Qatar dan United Airlines (UAL.O) melakukan hal yang sama dengan penerbangan ke Dubai.
Maskapai penerbangan juga khawatir tentang potensi lonjakan harga minyak setelah serangan AS, yang akan meningkatkan biaya bahan bakar jet.
Sementara itu, Israel meningkatkan penerbangan untuk membantu para pelancong yang terlantar di dalam dan luar negeri.
Baca Juga: AS Serang Iran, Harga Minyak Dunia Berpotensi Tembus USD 100 per Barel
Otoritas Bandara negara itu mengatakan bahwa apa yang disebut penerbangan penyelamatan ke negara itu akan diperluas pada hari Senin dengan 24 penerbangan sehari. Meskipun, setiap penerbangan akan dibatasi hingga 50 penumpang.
Maskapai penerbangan Israel El Al pada hari Minggu mengatakan telah menerima permohonan untuk meninggalkan negara itu dari sekitar 25.000 orang dalam waktu sekitar satu hari.
Sebagai informasi, Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir di Iran, memicu lonjakan ketegangan geopolitik yang segera berdampak pada prospek ekonomi global, terutama harga minyak dan gas.
Para analis memperingatkan bahwa inflasi bisa meningkat kembali, dan harga minyak duniahampir pasti akan melonjak. Harga minyak diperkirakan naik sekitar USD 5 per barel saat pasar dibuka Minggu malam waktu AS.
"Kami memperkirakan harga minyak $80 pada pembukaan," ujar Andy Lipow dari Lipow Oil Associates, seperti dikutip dari CNN, Senin (23/6/2025).
Sejak Agustus 2024, harga minyak AS sebagian besar berada di kisaran USD 60 hingga USD 75 per barel dan belum menyentuh level USD 80 sejak Januari lalu.