- Kementerian ESDM mempercepat hilirisasi bauksit dengan melarang ekspor bahan mentah dan membangun smelter berkapasitas total 17,5 juta ton.
- Pasokan bauksit dalam negeri masih kurang sehingga harga tetap stabil meski jumlah smelter meningkat.
- Hilirisasi bauksit diharapkan dapat mendorong realisasi investasi minerba yang ditargetkan 7–8 miliar dolar AS pada 2025.
Suara.com - Kementerian ESDM Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus menggenjot hilirisasi bauksit dengan melarang ekspor bahan mentah.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia menyebut, saat ini telah terbangun sejumlah smelter pengolahan dengan kapasitas seluruhnya mencapai 17,5 juta ton.
"Total smelter yang sudah dibangun, kapasitasnya itu 17,5 juta untuk barang mentahnya, ya, produknya. Jadi dari semua smelter yang ada, kapasitasnya itu 17,5 juta terhadap bahan-bahan bakunya," kata Bahlil kepada wartawan usai menghadiri Minerba Convex 2025 di JCC, Jakarta pada Rabu (15/10/2025).
Bahlil tidak merinci jumlah smelter yang sudah ada. Namun, dia mengklaim, banyaknya jumlah smelter yang sudah dibangun tidak membuat harganya menjadi jatuh.
Sebab, katanya, pasokan bauksit dalam negeri masih kurang. Sejauh ini turunan bauksit seperti alumunium masih bergantung pada impor.
"Jadi antara kebutuhan dalam negeri, dengan kapasitas industri, itu kebutuhannya masih lebih banyak. Jadi enggak ada masalah," tuturnya.
Bahlil pun mengungkap bahwa investigasi minerba masih perlu digenjot.
Pada 2025, investasi minerba ditargetkan sebesar 7-8 miliar Dolar AS.
Namun, hingga Agustus 2025 yang baru terealisasi sebesar 3-4 miliar Dolar AS.
Baca Juga: "Banyak yang Lobi" Bahlil: Takkan Mundur dari Hilirisasi, Enggan Ulang Sejarah VOC
Hilirisasi bauksit pun diharapkan turut mendorong tercapainya target itu.
"Ini sebagai bagian dari upaya untuk bagaimana bisa meningkatkan investasi," tutupnya.