Menelaah Larisnya Series 18+ di Indonesia

Rabu, 26 November 2025 | 14:16 WIB
Menelaah Larisnya Series 18+ di Indonesia
Poster Sugar Baby (Instagram/davinaakaramoy)
Baca 10 detik
  • Series 18+ laris karena menawarkan konten realistis tanpa sensor, membedakannya dari tontonan televisi konvensional dan pornografi
  • Konten dewasa, seperti serial Sugar Baby, bertujuan untuk merefleksikan realita sosial dan memotret karakter yang terluka (broken people), bukan hanya menjual sensualitas
  • Para sineas dan aktor menekankan pentingnya profesionalitas dan komunikasi interpersonal di lokasi syuting untuk menjaga batasan adegan intim tanpa perlu Intimacy Coordinator

Winky Wiryawan, pemeran James sekaligus produser musik untuk soundtrack serial ini, menekankan perbedaan mendalam antara sekadar "jajan" dengan fenomena Sugar Baby yang diangkat dalam cerita.

"Ani-ani dan Sugar Baby itu totally different things. Kalau Sugar Baby itu, banyak juga teman gue yang jadi Sugar Daddy itu terlibat perasaan beneran," kata Winky.

"Walaupun memang ada lust (nafsu) di situ, tentunya pasti. Tapi biasanya itu memang ke belakangnya mereka jadi lama, jadi pacaran," lanjut aktor 46 tahun tersebut blak-blakan.

Senada dengan Winky, Adipati Dolken yang memerankan karakter Darma, sopir yang menyamar jadi orang kaya, menilai bahwa rating usia adalah ranah kebijakan platform untuk melindungi penonton, sementara tugas aktor adalah menghidupkan realita tersebut seautentik mungkin.

"Kalau ini akhirnya tayang untuk 18 atau 21 atau 13, itu bukan urusan kita lagi. Tapi itu urusan Production House dan Vidio. Sebagai aktor nggak ada masalah, karena kan kita cuman berakting aja sesuai instruksi director," tegas Adipati.

Profesionalitas Tanpa 'Intimacy Coordinator'

Gencarnya produksi serial dewasa juga menuntut profesionalitas tinggi di lokasi syuting. Isu keamanan dan kenyamanan aktor saat melakukan adegan intim menjadi sorotan.

Meski tren global mulai menggunakan jasa Intimacy Coordinator (koordinator intimasi), Aldo Swastia memilih pendekatan komunikasi interpersonal yang kuat.

Menurutnya, penggunaan koordinator justru dikhawatirkan membuat suasana menjadi kaku dan terlalu teknis, padahal isu utama serial ini lebih luas dari sekadar adegan ranjang.

Baca Juga: Usai OTT Bupati, KPK Tahan 3 Tersangka yang Diduga Terima Uang Korupsi Pembangunan RSUD Koltim

"Sebenarnya kalau misalnya kita melibatkan Intimacy Coordinator waktu itu, menjadi terlalu serius jadinya mikirnya. Sementara isunya lebih ke yang lain," jelas Aldo.

Winky Wiryawan pun membocorkan bagaimana ia dan Davina Karamoy membangun batasan yang aman tanpa bantuan koordinator khusus.

"Aku sama Davina itu begitu pas ngelihat script-nya, udah langsung kayak tahu bahwa, 'Oke, ditandain pakai stabilo merah'. Aku langsung straight to the point sama Davina kayak, 'Daf, batasannya boleh sampai mana?'," cerita Winky.

Tuntutan Peran dan Realita Ekonomi

Larisnya genre ini juga didukung oleh kemampuan para aktor dalam menghidupkan karakter yang kompleks.

Davina Karamoy, yang memerankan Susan, mengaku tidak sembarangan mengambil peran "penggoda". Dia melihat ada alasan kuat di balik keputusan karakternya terjun ke dunia gelap tersebut.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI