5. Endometriosis
Merasakan nyeri yang begitu hebat di bagian bawah perut dan sekitar panggul, bisa jadi gejala awal endometriosis atau pertumbuhan endometrium di luar dinding rahim sebagai efek samping dari tindakan aborsi. Risiko endometriosis setelah menggugurkan kandungan dapat meningkat sampai 2,5 kali lipat pada wanita berusia di bawah 20 tahun.
6. Infeksi peradangan panggul
Risiko aborsi bagi perempuan yang mungkin terjadi selanjutnya adalah infeksi radang panggul (IPD). Kondisi satu ini umumnya ditandai dengan nyeri panggul, sakit ketika buang air kecil hingga keputihan yang berbau tidak sedap.
Aborsi spontan menimbulkan risiko IPD yang lebih besar lantaran sisa jaringan janin mungkin masih terperangkap di dalam rahim. Sisa-sisa jaringan inilah yang akan membuat seorang perempuan akhirnya susah hamil setelah aborsi.
7. Masalah psikologis
Tidak hanya masalah fisik, trauma psikologis juga akan dirasakan oleh sebagian perempuan usai menjalani aborsi. Perasaan bersalah, malu, stres, cemas, sampai depresi adalah beberapa masalah psikologis yang banyak dialami oleh wanita.
Risiko terjadinya komplikasi satu ini akan jadi lebih besar bila aborsi dilakukan secara ilegal, dilakukan di fasilitas kesehatan yang kurang memadai hingga menggunakan metode tradisional yang tak terjamin keamanannya sama sekali.
Itulah tadi risiko aborsi bagi perempuan. Mengingat risikonya yang besar, sebaiknya perempuan tidak melakukan tindakan ini terutama jika dilakukan secara ilegal.
Baca Juga: Dengar Kabar Lolly Hamil di Luar Nikah, Nikita Mirzani: Hati Saya Hancur
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari