Jawa Barat Darurat DBD! Kasus Tertinggi Nasional, Kematian Mengintai: Apa yang Harus Dilakukan?

Dinda Rachmawati Suara.Com
Selasa, 26 Agustus 2025 | 11:00 WIB
Jawa Barat Darurat DBD! Kasus Tertinggi Nasional, Kematian Mengintai: Apa yang Harus Dilakukan?
Ilustrasi Demam Berdarah Dengue (Shutterstock)

Suara.com - Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali menjadi ancaman serius bagi masyarakat Jawa Barat. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat hingga minggu ke-25 tahun 2025, Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah kasus DBD tertinggi di Indonesia, yakni 17.281 kasus. 

Angka kematian akibat penyakit ini juga menempati posisi kedua tertinggi secara nasional dengan 61 kematian. Kota Bandung dan Kabupaten Bandung bahkan mencatatkan kasus tertinggi nasional kedua dan ketiga, masing-masing dengan 1.475 dan 1.465 kasus.

dr. Stephanie Yuliana Usman, SpPD, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, mengingatkan bahwa masyarakat sering kali salah kaprah dalam memahami pola penyebaran dengue.

“Banyak masyarakat masih beranggapan DBD hanya muncul di musim hujan, padahal infeksi virus ini ada sepanjang tahun. Walaupun memang, pada saat musim hujan angka kasusnya cenderung naik,” jelas dr. Stephanie.

Ia juga menegaskan bahwa hingga kini belum ada obat khusus untuk menyembuhkan DBD.

Sesi Talk Show tentang DBD di perayaan HUT ke-104 RS Borromeus Bandung (Dok. Istimewa)
Sesi Talk Show tentang DBD di perayaan HUT ke-104 RS Borromeus Bandung (Dok. Istimewa)

“Terapi yang diberikan dokter hanya bertujuan meredakan gejala, bukan membunuh virusnya. Karena itu, pencegahan menjadi langkah paling utama,” tambahnya.

Menurutnya, kelompok dengan penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, obesitas, dan gangguan pernapasan memiliki risiko komplikasi yang lebih berat ketika terinfeksi virus dengue.

Anak-Anak Jadi Kelompok Rentan

Ancaman DBD juga mengintai anak-anak. dr. Tony Ijong Dachlan, Sp.A, Dokter Spesialis Anak, menyoroti tingginya angka risiko pada kelompok usia tertentu.

Baca Juga: DBD Masih Jadi Ancaman, Ini Alasan Anak Perlu Belajar Cara Pencegahan Sejak Dini

“Anak-anak adalah kelompok paling rentan terhadap infeksi virus dengue, dengan risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lain, yaitu sekitar 45 persen terjadi pada usia 5-14 tahun,” ungkapnya.

Selain itu, dr. Tony menambahkan bahwa virus dengue memiliki empat serotipe, sehingga seseorang bisa terinfeksi lebih dari sekali.

“Infeksi berulang justru berisiko lebih berat. Bahkan kasus tanpa gejala tetap bisa menyebarkan virus melalui nyamuk, sehingga pencegahan harus dimulai dari keluarga,” tegasnya.

Ia pun mendorong masyarakat untuk konsisten menjalankan Gerakan 3M Plus—menguras, menutup, dan mendaur ulang wadah air—serta mempertimbangkan vaksinasi dengue sebagai perlindungan tambahan.

Peran Masyarakat Jadi Kunci

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, dr. Sony Adam, SH, MM, menegaskan bahwa upaya pencegahan DBD tidak akan berhasil tanpa keterlibatan aktif masyarakat.

“Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai langkah, mulai dari edukasi, peningkatan surveilans, pemberantasan sarang nyamuk, hingga mendorong vaksinasi. Namun, upaya ini tidak akan berhasil tanpa dukungan masyarakat,” ujarnya.

dr. Sony mengajak setiap keluarga untuk lebih waspada dan aktif melakukan pencegahan di rumah masing-masing.

“Jika pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat berjalan bersama, kita dapat menekan kasus DBD dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat di Jawa Barat,” tegasnya.

Kolaborasi untuk Masa Depan yang Lebih Sehat

Melalui peringatan HUT ke-104 RS Borromeus, berbagai pihak menegaskan pentingnya upaya promotif dan preventif menghadapi ancaman penyakit menular seperti DBD. Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menyoroti perlunya gerakan bersama.

“Untuk memerangi DBD, kita semua harus bergerak sekarang dengan melakukan tiga hal: meningkatkan kesadaran dan edukasi; menjaga kebersihan lingkungan dengan 3M Plus; serta mempertimbangkan pencegahan yang inovatif,” jelasnya.

Kasus DBD di Jawa Barat yang terus meningkat menjadi alarm bagi semua pihak untuk lebih peduli pada kesehatan keluarga dan lingkungan. 

Dengan penerapan perilaku hidup bersih, gerakan 3M Plus, serta pemanfaatan inovasi seperti vaksinasi, penyebaran dengue dapat ditekan.

“Satu kasus dengue saja bisa membawa risiko yang jauh lebih besar bila dialami pasien dengan komorbid. Karena itu, kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam pencegahan harus ditingkatkan,” tutup dr. Stephanie.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?