"Pada pilkada 2024 ini belum bisa menemukan daya tarik sekuat itu karena ngga ada nama-nama baru," ujarnya.
Meski ada nama Pramono Anung dan Ridwan Kamil, Arfianto menilai sebenarnya keduanya merupakan nama-nama lama yang sebenarnya publik sudah memiliki penilaian masing-masing terhadap mereka.
"Kurangnya daya tarik itu yang bisa membuat partisipasi akan menurun atau golput akan meningkat," ujarnya.
Lantaran itu, ia menilai pada Pilkada Jakarta tahun ini diprediksi akan meningkat angka golput, lantaran daya tarik tokoh yang kurang dibandingkan pemilu sebelumnya.
Ia mengemukakan, kemungkinan angka golput di Pilkada Jakarta tahun 2024 ini bisa meningkat, minimal sama dengan Pilkada DKI tahun 2012.
"Angkanya lebih tinggi, ketika tahun 2012 ada 33 persen. Tapi bisa jadi angkanya lebih tinggi. Mungkin sekitar 40 persenan. Tapi hal itu karena faktor tadi soal kelelahan dan daya tarik," ujarnya.