Tak hanya mencicipi makanan, Margot dan wanita-wanita muda itu juga dipaksa melayani nafsu bejat para perwira SS.
Margot beruntung, seorang prajurit menyelamatkan hidupnya di akhir 1944. Ia kemudian melarikan diri menggunakan kereta propaganda menteri Josef Goebbels.
Namun nasib buruk tak serta merta beranjak dari kehidupan Margot. Saat Prusia jatuh ke tangan tentara merah Uni Soviet, ia jadi bulan-bulanan mereka.
''Tentara merah membuka pakaian kami, dan menyeret tubuh kami ke flat kedokteran. Kami ditahan di sana dan diperkosa selama 2 minggu. Tempat itu merupakan neraka dunia. Mimpi buruk tak pernah sirna,'' tutur Margot.
Saat PD II berakhir, Margot nan terpuruk sempat bertemu Norman, seorang tentara Inggris. Norman meminta Margot pindah bersamanya ke Britania Raya, namun Margot memilih mencari keberadaan suaminya, Karl.
Tak dinyanya Karl masih hidup, betapa pun wajahnya sulit dikenali. Keduanya bertemu pada tahun 1946. Margot dan Karl menjalankan hidup bersama hingga Karl mengembuskan napas terakhir pada tahun 1990.
Di sisa umurnya, butuh dua dekade bagi Margot kemudian untuk berdamai dan menceritakan masa lalunya nan kelam pada dunia.