Tanggapan Rustam kembali dikritik @PartaiSocmed. "The straw man fallacy. Tidak semua yang mengkritik pemerintah ingin pemerintahan yang sah jatuh. Jangan lakukan logical fallacy dengan memposisikan pengkritik sebagai makar Pak Rustam. Itu tidak demokratis."
"Aduh bung! Tidak semua yang mengkritik pemerintah ingin pemerintah jatuh, itukan artinya ada yang mengkritik pemerintah ingin pemerintah jatuh. Saya berulangkali mengatakan silahkan kritik-kritik sekeras-kerasnya. Kalau anda ikuti perdebatan saya dengan Ulil tadi pagi, saya saya tolak kan revolusi," jawab Rustam.
@PartaiSocmed meluruskan pernyataan Rustam yang dinilai tidak tepat karena terkesan malah menuduhnya ingin menjatuhkan Presiden yang dipilih secara demokratis.
"Sabar Pak Rustam, kok jadi kami yang dituduh mau menjatuhkan? Kan sudah kami sebut di awal diskusi bahwa tidak semua yang protes menginginkan pergantian pimpinan yang sah. Yang kami lawan adalah argumen bapak yang penuh fallacy," kata @PartaiSocmed.
"Maaf. Maksudnya kalimat retorika! Kan pakai tanda tanya (?) hehe. Fallacy atau bukan, kita serahkan kepada umat Twitter yang mengikuti diskusi kita untuk menilai," jawab Rustam.
"Apapun itu pak, jangan mudah menuduh pihak yang mengkritik ingin menjatuhkan pemerintah. Kecuali Pak Rustam punya bukti dan berani menunjuk hidung oknumnya. Niat bapak baik ingin membela demokrasi, tapi jatuhnya justru jadi anti demokrasi," @PartaiSocmed menekankan.
Di akhir perdebatan, Rustam menegaskan kembali pendapatnya.
"Kalau begitu saya ulangi lagi pernyataan saya tadi pagi. Saya menolak revolusi karena bukan cara demokratis. Jika ada yang ingin pemerintah jatuh gunakan proses dan prosedur demokratis. Sudah tersedia dalam UUD 1945. Jika tidak, silahkan kritik dengan harapan ada perbaikan sambil nunggu Presiden baru 2024."
@PartaiSocmed sependapat dengan Rustam bahwa kritik dan demonstrasi adalah bagian dari demokrasi itu sendiri. "Mari kita terima segala konsekwensi dari memilih cara bernegara dengan sistem demokrasi."
Baca Juga: Diskusi Menarik Rustam Vs Ulil: Aneh Jika Kaum Intelektual Dukung Revolusi