Ahmad tak mau mengatakan kepada saya kenapa tak berterus terang saja kepada keluarga perihal pekerjaannya. Bukankah berterus terang dengan orang-orang terkasih, jalan terasa lebih enteng.
Dia hanya mengatakan, ada pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk tidak langsung memberitahu mereka.
“Ya cepat atau lambat mereka pasti tahu sih.”
Dari tujuh anak Ahmad, tiga orang di antaranya sudah berkeluarga. Dua anak masih lajang dan belum bekerja, sedangkan dua anak lagi masih membutuhkan banyak biaya untuk sekolah.
Ketika Ahmad bercerita tentang kondisi keluarganya, mimik mukanya menjadi lebih serius.
“Yang saya yakin, Allah pasti ngasih jalan, walaupun sedikit, ya tetep ada jalan insya Allah. Yang penting saya nggak milih-milihlah kerja itu.”
“Apapun. Yang penting itu halal dan tidak rugikan orang lain, tidak berbahaya buat diri saya dan orang lain. Yang penting saya tidak menjahatin orang. Lebih baik saya yang dijahatin daripada saya menjahati orang. Lebih baik saya yang dizalimi daripada saya zalimi orang. Itu prinsip saya. Makanya ya ginilah, mau bagaimana lagi yang penting selalu bersyukur dalam segala situasi.”
Penghasilan
Penghasilan menjadi badut tidak selalu sama seperti ketika bekerja menjadi karyawan perusahaan. Adakalanya setelah hampir seharian berada di jalanan, dia bisa membawa pulang uang Rp80 ribu, tetapi lebih sering penghasilannya jauh di bawah angka itu.
Baca Juga: Kisah Penyedot Tinja: Rezeki dan Malapetaka di Balik Tahi
“Pernah saya dapat Rp12 ribu sehari. Waktu itu sebelum saya sakit. Pernah juga dapat, kemarin hampir Rp100 ribu, itu dari siang. Pernah juga dari jam tujuh pagi sampai sore cuma dapat Rp48 ribu.”
Selama saya ngobrol dengan Ahmad, dia berkali-kali mengucapkan rasa syukur atas berapapun rezeki yang diterimanya.
Menerima uang recehan Rp100 atau Rp200 dari pengguna jalan selalu dijadikannya sebagai penyemangat.
Dan dia memang selalu menanamkan pada dirinya, menjadi badut tujuannya untuk menghibur, berarti harus selalu menunjukkan semangat, rileks, senang, dan yang paling penting ikhlas.
“Apapun yang orang respons ke kita, entah hanya lewat, anak-anak minta tos aja, kita harus senang hati. Kita percaya bahwa Allah nggak tidur. Kita anggap semua itu adalah ujian.”
“Kalaupun nggak ini (memberi uang), rezeki Allah yang atur, yang penting kita berusaha, soal banyak sedikit itu Allah lebih tahu. Mungkin kalau dikasih banyak kita akan dikasih sesuatu hal lain, lebih baik sedikit asal berkah daripada banyak, tapi nggak berkah.”