Iran sudah memulai negosiasi dengan perwakilan Taliban sebelum penarikan pasukan internasional dari Afganistan, kemungkinan dengan harapan mereka nantinya dapat memiliki pengaruh di negara tersebut.
Kepemimpinan Iran pun secara eksplisit menyambut kembalinya kekuasaan Taliban di Afganistan dan menyerukan pembentukan cepat pemerintahan dengan partisipasi semua kelompok politik.
Minoritas Syiah dalam tekanan Sayap radikal, seperti jaringan Haqqani yang memiliki ikatan kuat dengan Pakistan, terlihat jelas memiliki pengaruh dalam Taliban.
Sirajuddin Haqqani, salah seorang putra Jalaluddin Haqqani, yang mendirikan jaringan tersebut pada tahun 1980an pada masa perlawanan terhadap pendudukan Uni Soviet, misalnya, telah menjadi menteri dalam negeri baru Afganistan.
Haqqani diyakini sebagai dalang dari berbagai pembonan bunuh diri selama 15 tahun terakhir dan berada dalam daftar buronan Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI).
Minggu lalu Sirajuddin Haqqani menawarkan bantuan ekonomi, antara lain lahan pertanian, kepada keluarga pelaku bom bunuh diri dari jajaran Taliban.
Tanah pertanian itu, tampaknya, akan dirampas dari warga minoritas Syiah.
Human Rights Watch melaporkan, anggota Taliban mengusir anggota etnis dan agama minoritas Hazara dari desa-desa mereka di utara Afganistan yang subur, untuk merampas properti mereka.
Kebanyakan anggota etnis Hazara menganut ajaran Syiah dan mereka secara sistematis ditindas Taliban yang menganut ajaran Sunni.
Baca Juga: Kepala Program Nuklir Iran Dibunuh di Jalan Dekat Ibu Kota Teheran
Pengaruh terbatas Teheran
Politik pengambilalihan paksa ini semakin memperburuk perbedaan pendapat di Teheran, terkait bagaimana Iran harus menghadapi kelompok radikal Taliban.
Mahmoud Ahmmadi, anggota Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri di parlemen Iran pada hari Minggu lewat akun Twitternya menulis, "di mana mereka yang ingin [membersihkan nama] Taliban dan mengklaim bahwa Taliban telah berubah?"
Komentar Ahmmadi ini ditujukan kepada kelompok politik di Teheran yang meyakini Taliban telah menjadi lebih moderat dan bukan lagi gerakan Islam radikal seperti beberapa dekade lalu.
"Iran terutama khawatir akan kemungkinan timbulnya perang saudara di Afganistan,” kata pakar Iran Fatemeh Aman.
"Perbatasan panjang dengan Afganistan sulit untuk diamankan karena kondisi geografisnya. Kekacauan di Afganistan dapat mendorong penyelundupan narkoba dan manusia, tapi juga senjata dan amunisi ke daerah-daerah yang merasa ditelantarkan.