Sir Jeremy menilai Rusia tidak mengerahkan serangan 'cyber' besar-besaran di Ukraina untuk melumpuhkan negara itu dan mengatakan serangan semacam itu bukan bagian utama dari rencana Rusia.
Namun dia mengatakan masih ada "niat berkelanjutan dari Rusia untuk mengganggu sistem pemerintahan dan militer Ukraina".
Sir Jeremy juga memperingatkan negara-negara seperti Inggris, Amerika Serikat dan Australia mungkin menjadi sasaran berikutnya.
"Kita tentu telah melihat indikator yang menunjukkan bahwa aktor siber Rusia mencari target di negara-negara yang menentang tindakan mereka," katanya.
Dia juga menyampaikan penilaian yang blak-blakan tentang China, dengan mengatakan China memutuskan untuk mendukung Rusia saat ini sebagian karena berharap untuk merebut kembali Taiwan.
"[Presiden China Xi Jinping] tidak secara terbuka mengutuk invasi ini, mungkin menghitung bahwa hal itu membantunya menentang AS," katanya.
"Dan dengan tujuan untuk merebut kembali Taiwan, China tidak ingin melakukan apa pun yang dapat membatasi kemampuannya untuk bergerak di masa depan," katanya.
Namun Sir Jeremy mengatakan kemitraan itu memiliki risiko bagi kedua negara otoriter.
"Rusia memahami bahwa dalam jangka panjang, China akan menjadi semakin kuat secara militer dan ekonomi. Beberapa kepentingan mereka berkonflik. Rusia bisa tersingkir," katanya.
Baca Juga: Pejabat PBB Sebut Rusia Mungkin Sudah Lakukan Kejahatan Perang di Ukraina
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News untuk ABC Indonesia