2 Karyawan Microsoft Dipecat karena Protes Kerja Sama AI dengan Militer Israel

Bella Suara.Com
Selasa, 08 April 2025 | 16:19 WIB
2 Karyawan Microsoft Dipecat karena Protes Kerja Sama AI dengan Militer Israel
Logo Microsoft (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dalam surat pemecatannya, Microsoft menegaskan bahwa Aboussad bisa saja menyampaikan kekhawatiran melalui saluran internal, namun ia justru memilih untuk melakukan tuduhan yang bermusuhan, tidak berdasar, dan sangat tidak pantas terhadap Suleyman dan perusahaan.

Perilaku tersebut dinilai sangat agresif dan mengganggu, hingga membuatnya harus dikawal keluar ruangan.

Sementara itu, kepada Agrawal, manajer Microsoft mengirimkan email bahwa perusahaan memutuskan pengunduran dirinya berlaku efektif segera. Kedua karyawan kehilangan akses ke akun kerja mereka setelah protes.

Microsoft menegaskan pihaknya memberikan ruang bagi karyawan untuk menyuarakan pendapat, namun menekankan bahwa hal itu harus dilakukan tanpa mengganggu jalannya bisnis.

“Kami menyediakan banyak cara agar semua suara dapat didengar. Yang terpenting, kami meminta agar hal ini dilakukan dengan cara yang tidak menyebabkan gangguan bisnis,” kata Microsoft dalam pernyataan pada Jumat (5/4).

Perusahaan tidak mengungkap apakah akan ada tindakan lebih lanjut terhadap karyawan lainnya.

Meski demikian, ini bukan pertama kalinya Microsoft menghadapi protes internal terkait kerja samanya dengan militer Israel.

Pada Februari lalu, lima karyawan dilaporkan dikeluarkan dari sebuah pertemuan dengan CEO Satya Nadella karena menyuarakan kritik terhadap kontrak perusahaan dengan Israel.

Laporan investigasi dari Associated Press awal tahun ini mengungkap bahwa teknologi AI Microsoft dan mitranya, OpenAI, telah digunakan oleh militer Israel dalam memilih target pengeboman selama operasi militer di Gaza dan Lebanon.

Baca Juga: Balita Temukan Artefak 3.800 Tahun, Ternyata Punya Kaitan dengan Kisah di Alkitab

Salah satu serangan yang dikabarkan keliru menghantam kendaraan sipil di Lebanon, menewaskan tiga anak perempuan dan nenek mereka.

Kasus ini mengingatkan pada insiden serupa di Google pada tahun lalu, ketika puluhan karyawan dipecat setelah melakukan aksi duduk di kantor New York dan Sunnyvale, California.

Protes tersebut menentang keterlibatan Google dalam Project Nimbus, kontrak senilai US$1,2 miliar yang menyediakan layanan cloud dan AI untuk pemerintah Israel.

Para pekerja Google yang diberhentikan kemudian mengajukan pengaduan ke Dewan Hubungan Perburuhan Nasional (NLRB), berharap dapat memulihkan hak kerja mereka.

Aksi-aksi ini menyoroti meningkatnya ketegangan antara kepentingan bisnis raksasa teknologi dengan nilai-nilai yang dipegang sebagian karyawannya, terutama terkait konflik geopolitik dan dampak sosial teknologi yang mereka kembangkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI