Ratusan Siswa SMP di Buleleng Belum Bisa Baca, Mendikdasmen: Penyebabnya Disleksia, Kurang Perhatian

Selasa, 22 April 2025 | 20:13 WIB
Ratusan Siswa SMP di Buleleng Belum Bisa Baca, Mendikdasmen: Penyebabnya Disleksia, Kurang Perhatian
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen), Abdul Mu'ti. (Suara.com/Bagaskara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen), Abdul Mu'ti, mengaku sudah mendapat laporan dari Dinas Pendidikan Buleleng, bahwa memang ada setidaknya 400 anak atau siswa SMP di sana belum bisa membaca.

Menurut Abdul Mu'ti, sebagian dari siswa belum bisa membaca itu merupakan penderita disleksia atau suatu gangguan belajar ditandai sulit membaca.

"Itu kami sudah komunikasi dengan Dinas Pendidikan di Buleleng. Jumlahnya itu ada sekitar 400 dari sekian puluh ribu murid. Jadi prosentasenya itu 0,0011 persen," kata Mu'ti ditemui di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (22/4/2025).

Menurut Mu'ti dari mereka yang tak bisa membaca ini menderita disleksia. Selain itu ada juga merupakan anak yang kurang perhatian orang tua.

"Banyak mereka yang mengalami masalah itu, Sebagian dari anak-anak yang memang mengalami disleksia, anak-anak yang berkebutuhan khusus, dan memang anak-anak dari keluarga yang kurang mendapatkan perhatian dengan baik. Sebagian karena ada alasan motivasi belajar yang rendah," bebernya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, pihaknya juga sudah mengambil langkah untuk mengatasi masalah tersebut.

"Jadi kami sudah komunikasi dengan dinas pendidikan dan dinas pendidikan dan pihak terkait juga sudah membantu melayani murid-murid yang dianggap atau yang kemampuannya memang dianggap rendah dan karena itu maka langkah itu sudah ditindaklanjuti," katanya.

"Dan mudah-mudahan kedepan mereka dapat meningkat kemampuan literasi dan memorasi," sambungnya.

Sebelumnya, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Buleleng mencatat ada sebanyak 363 siswa SMP belum mampu membaca dan menulis.

Baca Juga: Hanya Ganti Istilah, FSGI Sarankan Penjurusan di SMA Tidak Perlu Diterapkan Lagi

Penyebab utamanya terjadi karena siswa tersebut kurang motivasi belajar dengan presentase mencapai 52 persen.

Berdasarkan data yang diperoleh ada lima faktor yang menjadi penyebab ratusan siswa SMP di Buleleng belum mampu membaca dan menulis.

Faktor pertama karena kurangnya motivasi siswa untuk belajar dengan presentase mencapai 52 persen.

Faktor kedua kurangnya dukungan dari keluarga dengan presentase 18 persen.

Ilustrasi siswa SMP. [Ist]
Ilustrasi siswa SMP. Ratusan siswa SPM di Buleleng belum bisa membaca. [Ist]

Faktor ketiga karena mengalami disleksia (gangguan dalam proses belajar) dengan presentase 16 persen.

Faktor keempat karena mengalami disabilitas dengan presentase 9 persen.

Serta faktor kelima karena pembelajaran tidak tuntas atau putus sekolah dengan presentase 5 persen.

Ketua DPRD Buleleng Ketut Ngurah Arya menyebut ketidakmampuan ratusan siswa SMP untuk membaca dan menulis ini merupakan kemunduran bagi Buleleng.

Untuk itu Arya mengusulkan agar masing-masing sekolah menyelenggarakan les khusus baca, tulis dan hitung dengan menggunakan dana BOS.

Selain itu Pemkab Buleleng diminta untuk membangun Sekolah Luar Biasa (SLB) di masing-masing kecamatan, untuk mempermudah anak disabilitas mengenyam pendidikan.

"Saya rasa hal ini terjadi karena faktor kemiskinan. Ada juga karena faktor kurikulum, guru harus meluluskan anak-anak, tidak ada lagi anak yang tidak naik kelas. Ini juga kendala sehingga dilepas-dilepas saja. Tanpa pernah berpikir bahwa akibatnya seperti ini," ungkap Arya ditemui usai rapat bersama Anggota Komisi IV DPRD Buleleng dan Disdikpora Buleleng, Senin (14/4).

Sementara Plt Disdikpora Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan kepala sekolah, agar disiapkan jam khusus untuk melatih siswa mengenal huruf, belajar menulis, dan membaca.

Pihaknya akan terus mengevaluasi hal ini hingga enam bulan kedepan.

"363 ini baru di SMP. Sedangkan untuk SD sedang kami data, khususnya untuk kelas 4 hingga 6. Ini sebagai langkah mitigasi, sehingga kedepan tidak ada lagi siswa SMP tidak bisa membaca," jelas Ariadi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI