Suara.com - Pakar Strategis Pariwisata Nasional, Taufan Rahmadi turut mendorong pengembangan kawasan pesisir Jakarta jadi tempat wisata. Namun, pelaksanaannya harus tetap menjunjung prinsip kehati-hatian.
Tantangan krusial dalam pengembangan pariwisata di kawasan pesisir disebutnya mencakup keberlanjutan lingkungan, peran aktif masyarakat lokal, serta integrasi infrastruktur yang mendukung mobilitas pengunjung. Ketiga aspek tersebut disebutnya penting dalam setiap pengembangan destinasi baru.
“Destinasi itu penting, tapi harus diiringi dengan kesadaran pengelolaan lingkungan. Pembangunan jangan sampai merusak ekosistem alam yang sudah ada, apalagi PIK berdekatan langsung dengan kawasan pesisir. Ekosistem pantai itu sangat rentan dan harus jadi perhatian utama,” ujar Taufan kepada wartawan, Rabu (23/4/2025).
Taufan mengatakan, pembangunan yang terburu-buru tanpa mempertimbangkan keseimbangan alam dan sosial, kerap berujung pada masalah jangka panjang.
Selain ekologi, Taufan menyoroti pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dalam membangun karakter kawasan. Baginya, keberlanjutan pariwisata tak mungkin tercapai jika warga setempat hanya jadi penonton.
Hal ini juga perlu diperhatikan oleh kawasan wisata urban seperti Pantai Indah Kapuk (PIK) yang dikenal karena properti mewahnya.

“Masyarakat lokal adalah sebuah keharusan. Salah satu kekuatan pariwisata itu justru bagaimana masyarakat bisa berinteraksi langsung dengan destinasi. Tanpa itu, akan sulit bicara keberlanjutan. Di PIK, porsi pelibatan masyarakat lokal harus lebih besar,” ungkap Taufan.
Taufan juga mengusulkan sejumlah langkah strategis bagi pemerintah daerah dan pengelola kawasan agar berkembang sebagai destinasi unggulan yang inklusif dan berkelanjutan. Pertama, adalah dengan memperkuat infrastruktur dan aksesibilitas.
“Aksesibilitas adalah kunci. Transportasi publik yang nyaman dan terintegrasi harus dikembangkan agar wisatawan mudah menjangkau kawasan ini,” jelas Taufan.
Baca Juga: Absen, Prabowo Cuma Kirim Utusan ke Pemakaman Paus Fransiskus, Mengapa?
Kemudian, Taufan menekankan pentingnya pembangunan yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan, melainkan juga mempertimbangkan keseimbangan ekologis dan keberlanjutan sosial.
Masyarakat sekitar juga perlu dilibatkan secara aktif, tidak hanya sebagai pengamat, melainkan sebagai pelaku utama dalam dinamika pariwisata lokal.
"Perlu mengembangkan strategi promosi yang terintegrasi, termasuk bundling dengan destinasi penyangga lain baik di tingkat nasional maupun internasional,” pungkas Taufan.
Pendiri Yayasan Inovasi Pariwisata Indonesia (YIPINDO) sebelumnya mengusulkan pengembangan atraksi baru seperti sirkuit balap atau kebun binatang bertema agar segmen wisatawan semakin luas. Namun, ia menggarisbawahi pentingnya memperkuat akses transportasi dan sinergi dengan destinasi lain di Jakarta.
“ini magnet baru bagi wisatawan yang ingin mencari pengalaman berbeda di Jakarta. Atraksi dan fasilitasnya beragam. Tapi yang perlu ditingkatkan adalah infrastruktur transportasi dan promosi bundling dengan destinasi lain di Jakarta,” katanya.
Ia meyakini, koneksi yang lebih kuat antara PIK dan titik-titik wisata lain akan meningkatkan kunjungan serta memperkokoh posisi Jakarta sebagai gerbang pariwisata nasional.
"Kalau promosi dan konektivitasnya diperkuat, saya yakin kawasan pesisir bisa menjadi contoh kawasan wisata urban modern yang terintegrasi dan berkelanjutan,” pungkasnya.
Alasan Dilirik Banyak Investor
Diberitakan sebelumnya, kawasan Jakarta Utara dianggap masih menjadi salah satu lokasi yang paling diminati para investor di Indonesia saat ini. Ekonom Universitas Surakarta, Agus Trihatmoko membeberkan sederet alasan atas hal ini.
Agus mengatakan, tren gaya hidup mewah belakangan semakin diminati. Karena itu, properti eksklusif di Jakarta Utara terus berkembang meski memiliki harga yang tergolong mahal.
Ia mencontohkan salah satu proyek yang jadi incaran adalah Pantai Indah Kapuk (PIK) dan kini juga tengah dikembangkan adalah PIK 2.
“Contohnya PIK 2 yang bukan lagi sekadar kawasan hunian. Ia menjadi simbol modernitas dan kemapanan kelas atas Indonesia. Dengan arah pembangunan menuju 2045, permintaan terhadap hunian mewah akan meningkat," ujar Agus kepada wartawan, Kamis (17/4/2025).
Ia menilai, posisi geografis kawasan utara Jakarta memberi keuntungan tersendiri. Meski pusat pemerintahan akan berpindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN), Jakarta tetap menjadi episentrum ekonomi nasional.
“Pusat-pusat bisnis, kantor perusahaan besar, serta jaringan industri masih terkonsentrasi di Jabodetabek. Artinya, wilayah utara Jakarta akan tetap relevan dan diminati, terlebih oleh investor yang mencari properti bernilai tinggi,” ucapnya.
Menanggapi situasi global yang tengah bergejolak akibat ketegangan geopolitik dan perang dagang antara Amerika Serikat dan China, Agus menilai dampaknya tidak terlalu signifikan terhadap sektor properti premium seperti PIK 2.
“Investor kelas atas biasanya tidak bergantung pada pinjaman modal. Jadi, meski pasar lebih hati-hati, PIK 2 tetap menjadi pilihan ideal untuk diversifikasi investasi jangka panjang,” tambahnya.