Suara.com - Indonesia dipastikan bisa mendapatkan akses vaksin tuberkulosis baru yang dikembangkan oleh Gates Foundation, milik CEO Microsoft Bill Gates.
Hal itu karena Indonesia menjadi salah satu negara yang terlibat dalam prosea uji klinis vaksin tersebut.
"Kalau bicara vaksin, yang bisa mengakses vaksin itu adalah negara yang ikut multi center," kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar ditemui di Jakarta, Kamis (15/5/2025).
Taruna menyampaikan, Indonesia termasuk salah satu dari beberapa negara yang diikutsertakan dalam uji coba vaksin TB.
Pada fase 3 ini, uji coba dilakukan terhadap 20.000 ribu orang di dunia, 2.000 responden di antaranya dilakukan di Indonesia.
Sementara itu, uji coba fase 1 dan fase 2 sebelumnya telah lebih dulu dilakukan di negara Eropa, salah satunya Swiss.
Sebagai negara yang ikut andil dalam tahap uji coba, Indonesia nantinya bisa memproduksi sendiri vaksin tersebut, sehingga bisa lebih mudah mendapatkan akses dosis vaksin yang dibutuhkan.
Taruna menyebutkan, kemudahan akses tersebut menguntungkan bagi Indonesia, mengingat kasus TB masih tinggi.
"Kita tahu berdasarkan epidemiologis, penyakit TB terbesar kedua di dunia itu ada di Indonesia. Yang pertama di India, yang kedua kita di Indonesia. Artinya, masyarakat kita, rakyat kita sangat membutuhkan pengombatan," ujarnya.
Baca Juga: Ini Hal-hal Penting Kerja Sama RI-Australia Dibahas Prabowo-Albanese: dari Pertahanan hingga UMKM
Menurut Taruna, vaksin TB yang ada saat ini, BCG, sudah kurang efisien dalam menangkal penyakit infeksi bakteri tersebut. Sehingga, memang sudah saatnya ada penelitian terkini untuk membuat vaksin baru.
"Dengan penemuan teknologi baru ini, dengan hasil baru ini, kita berharap dampaknya akan bermanfaat bagi masyarakat kita di Indonesia yang menderita tuberkulosis tertinggi kedua di dunia," pungkasnya.
BPOM Beri Izin
BPOM sebelumnya memberikan izin uji klinis tahap 3 vaksin tuberkulosis (TB) M72 di Indonesia, guna mengetahui tingkat efikasi vaksin tersebut.
Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan bahwa ada sejumlah keuntungan bagi Indonesia, yang pertama adalah pembaharuan dalam penanganan TB.
Indonesia, kata Taruna, adalah negara dengan penderita TB terbanyak kedua setelah India. Saat ini, pengobatan TB membutuhkan sejumlah obat, yakni isoniazid, rifampicin, dan etambutol.