Usai DPR Gelar Rapat Tertutup dengan Panglima TNI, Utut PDIP Minta Maaf, Kenapa?

Senin, 26 Mei 2025 | 16:57 WIB
Usai DPR Gelar Rapat Tertutup dengan Panglima TNI, Utut PDIP Minta Maaf, Kenapa?
Ketua Komisi I DPR RI Utut Adianto melayangkan permintaan maaf usai menggelar rapat tertutup dengan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto serta jajaran kepala stafnya di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (26/5/2025). (Suara.com/Bagaskara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Komisi I DPR RI menggelar rapat tertutup dengan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto serta jajaran kepala stafnya di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (26/5/2025).

Dari jadwal resmi yang diterima Suara.com, agenda rapat kali ini membahas isu-isu terkini. 

Dalam rapat selain Panglima, hadir juga KSAL Laksamana TNI Muhammad Ali, KSAU Marsekal TNI M Tonny Harjono, dan KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak.

Sejumlah pejabat utama Mabes TNI maupun Mabes Angkatan berpangkat Mayor Jenderal dan Letnan Jenderal turut masuk ke ruang rapat Komisi I DPR RI.

Agus terlihat masuk ke ruang rapat Komisi I DPR RI sekira pukul 13.00 WIB. 

Mereka pun langsung menggelar secara tertutup di ruang Komisi I DPR RI.

Rapat Komisi I DPR RI bersama dengan Panglima TNI, KSAD, KSAU, dan KSAL membahas RUU TNI di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (13/3/2025). (Suara.com/Bagaskara)
ILUSTRASI---Rapat Komisi I DPR RI bersama dengan Panglima TNI, KSAD, KSAU, dan KSAL membahas RUU TNI di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (13/3/2025). (Suara.com/Bagaskara)

Terhitung oleh Suara.com, rapat tertutup itu digelar selama kurang lebih berlangsung selama 3 jam.

Usai rapat digelar Komisi I DPR serta Panglima TNI kemudian memberikan keterangan soal mengapa pihak menggelar secara tertutup.

Ketua Komisi I DPR RI Utut Adianto menyampaikan permohonan maaf karena telah menggelar secara tertutup.

Baca Juga: Tuding PDIP-BG Framing Kasus Judol, Budi Arie Diultimatum Segera Minta Maaf: Ditunggu 1x 24 Jam!

"Baru saja kita rapat dengan Panglima TNI hadir pula Pangkostrad, Itjen Mabes TNI, Kabais, dan para Asrena. Intinya kami memang minta maaf harus tertutup karena isunya strategis. Itu pengantar dari saya," kata Utut dalam konferensi pers usai rapat.

Ia kemudian menyampaikan, jika Komisi I DPR sepalat untuk TNI terus didukung.

"Yang paling penting komisi satu sepakat untuk TNI terus didukung dan penguatan dan ujung-ujungnya untuk mendukung pemerintahan Pak Prabowo," katanya.

"Pak Prabowo sebagai pemenang pemilu perlu didukung untuk mewujudkan cita-citanya. Itu poin yang paling penting dari rapat kerja tadi," sambungnya.

Segera Panggil Panglima soal Ledakan Maut di Garut

Sebelumnya, Ketua Komisi I DPR RI Utut Adianto mengatakan, pihaknya akan segera memanggil Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto terkait terjadinya insiden peledakan amunisi kedaluwarsa yang menyebabkan 13 orang meninggal dunia di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.   

"Jadi, kapan kita memanggil, kita akan segera. Tentu mudah-mudahan sebelum masa sidang ini," kata Utut di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/5/2025). 

Menurutnya, pemanggilan Panglima TNI ini sangat penting, terlebih ini soal keteledoran. 

Situasi Jenazah Mayor (Cpl) Anda Rohana, prajurit Gupusmu III Jakarta yang gugur dalam ledakan di Garut saat dimakamkan di Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (13/5/2025). (ANTARA/Rubby Jovan)
ILUSTRASI--Pemakaman Mayor (Cpl) Anda Rohana, prajurit Gupusmu III Jakarta yang gugur dalam ledakan di Garut saat dimakamkan di Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (13/5/2025). (ANTARA/Rubby Jovan)

"Ini bukan soal hangat atau tidak, tapi ini soal kemanusiaan dan soal strategi. Kalau seteledor ini, potensi bisa terjadi di mana-mana," ujarnya. 

"Dan kemarin itu ada kolonel yang gugur, ada mayor yang gugur, ada masyarakat sipil yang wafat, ini semua tentu, kita semua berduka dan ini tidak boleh lagi terjadi," sambungnya. 

Sementara itu, ia mengatakan, adanya kejadian tersebut bukan soal aturan, tapi sudah menjadi urusan kultur. 

"Nah ini yang harus kita tegaskan. Apakah mereka nggak punya aturan? Ya pasti punya. Tetapi ini lebih kepada sikap, kepada kultur. Ini panjang ngobatinnya, nggak bisa segera. Kayak kamu kawinan, makan secukupnya ngambilnya tetap tiga piring. Yang dimakan sedikit," katanya. 

"Ini ngobatin gini aja udah tiga generasi ini nggak habis. Nah itu berkaitan dengan kultur, berkaitan dengan peradaban," imbuhnya. 

Kendati begitu, ia mengaku masih mau berprasangka baik terlebih dahulu. 

"Tetapi sekali lagi, kita bicara baik, karena kita butuh bicara baik. Kita butuh bicara baik supaya tone-nya baik. Supaya Indonesia kedepan mindset-nya positif," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI