Suara.com - Kasus kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan masih menjadi misteri.
Hal ini lantaran jasad Arya Daru ditemukan dengan kondisi kepala terlilit lakban dan tubuh terbungkus selimut di sebuah kamar kos kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 8 Juli 2025.
Kondisi kematian korban yang tidak wajar membuat banyak pihak berspekulasi bahwa Arya Daru menjadi korban pembunuhan. Namun tidak sedikit pula yang beranggapan bahwa kematian diplomat Kemlu disebabkan oleh bunuh diri.
Terkait dengan kasus ini, Anggota Komisioner Kepolisian Nasional (Kompolnas) Choirul Anam buka suara. Anam mengungkap kasus bunuh diri dengan cara melilit wajah dengan lakban sebelumnya juga pernah terjadi.
"Metode bunuh diri dengan menggunakan lakban juga digunakan oleh beberapa orang," ungkap Anam.
![Anggota Kompolnas Choirul Anam. [Dok. Komnas HAM]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/12/03/93753-anggota-kompolnas-choirul-anam.jpg)
Meskipun metode bunuh diri seperti itu tidak lazim sebagaimana metode gantung diri, Anam menilai hal tersebut bukan tidak mungkin terjadi.
"Nah itu yang akan kami pastikan lebih lanjut," ujar Anam.
Selain itu, pihak Kompolnas juga akan mendalami rekam jejak psikologis korban. Riwayat psikologis korban dinilai dapat menjadi kunci untuk dapat mengetahui penyebab kematian. Termasuk untuk melihat kemungkinan korban tewas akibat bunuh diri.
"Apakah memang korban itu memiliki rekam jejak yang dekat sekali dengan problem (keinginan) bunuh diri," ucap Anam.
Baca Juga: Kematian Arya Daru Pangayunan: Video Call Terakhir Jadi Petunjuk? Istri Ungkap Hal Janggal Ini
"Kalau itu bunuh diri, kami akan klarifikasi. Apa kira-kira alasannya?" terang Anam.
Anam mengungkapkan, Kompolnas sejauh ini telah mendapatkan informasi awal terkait penyebab kematian.
"Konstruksi peristiwa secara umum kami dapat, tinggal kami dalami," tandas Anam.
Sebagai Simbol Pembungkaman

Sementara itu, Bambang Widjojanto, aktivis, pengacara, sekaligus pendiri Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) ikut angkat bicara dan membagikan hasil analisisnya.
Bambang Widjojanto mengungkap, bahwa pola pembunuhan yang terjadi pada Arya Daru disebut sebagai lock room mistery.
Menurut Bambang, berdasarkan teori kriminologi, pola pembunuhan lock room mistery biasanya digunakan oleh pelaku untuk mengirim pesan simbolik.
Adapun pesan simbolik tersebut bisa terlihat dari bagaimana jasad Arya Daru yang mulut dan wajahnya dilakban, sehingga hal itu bisa ditangkap oleh para pakar kriminolog sebagai bentuk pembungkaman.
"Jadi si pelaku itu sedang mengirim pesan simbolik," ujar Bambang, dilansir dari video yang diunggah di kanal YouTube Bambang Widjojanto, Selasa, 16 Juli 2025.
"Maka kemudian yang paling dibaca pertama kali itu adalah bagaimana kejahatan itu dilakukan. Tadi dijelaskan bahwa korban, Pak Daru itu kan mulut wajahnya dilakban. Nah, ini bagi kalangan kriminolog disebut sebagai simbol pembungkaman," sambung Bambang Widjojanto.
Bambang pun melanjutkan, bahwa hal itu juga menjadi pesan kepada orang lain, bahwa siapa pun yang berani untuk bicara dan membocorkan informasi akan berakhir seperti Arya Daru.
"Pesannya kepada orang lain melalui korban itu, yang bicara dan membocorkan informasi nih kayak gini, nih," jelasnya.
Bambang menjelaskan jika fokus dalam pola ini adalah setting ruang terkunci, di mana, dalam hal ini, tersangkanya tidak meninggalkan jejak dan membuat kasusnya justru terlihat sebagai kasus bunuh diri.
Apalagi, kamar kos Arya Daru dikunci dari dalam dan tidak ditemukan sosok lain, saat jasadnya ditemukan oleh penjaga kos di pagi hari.
"Kita kayak lagi dikasih teka-teki. Kalau jejaknya enggak ada, kemungkinan besar dia bunuh diri. Lagi mau dibikin seperti itu," ujarnya.
"Keahlian profesional dari pelakunya tidak meninggalkan jejak. Dia (pelaku) ingin membuat fake scenario, seolah-olah ini pasti bunuh diri," tandas Bambang.
Kontributor : Anistya Yustika