"Mulai dari cetak ulang dokumen, desain ulang atribut visual, penggantian logo di ambulans, seragam, bangunan, papan petunjuk arah, hingga sistem informasi digital," rincinya. Sebuah pemborosan anggaran untuk sesuatu yang tidak mendesak.
Gagal Paham Sejarah: Menyoal 'Al Ihsan' yang Dianggap Asing
Dalih budaya yang mungkin menjadi dasar perubahan nama ini pun dipatahkan mentah-mentah. Suwatno menegaskan bahwa nama "Al Ihsan"—yang berarti kebaikan, keikhlasan, dan pelayanan optimal—justru sangat sejalan dengan nilai kemanusiaan universal dan kearifan lokal.
Ia menyoroti bahwa Islam dan nama bernuansa Arab bukanlah hal asing bagi masyarakat Sunda yang memiliki hubungan historis dan kultural yang erat.
Menjadikan nama "Al Ihsan" sebagai masalah adalah sebuah kegagalan dalam membaca realitas sosial.
"Bahkan nama 'Ihsan' sendiri lebih netral dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia yang menggunakan nama tokoh penyebar agama Islam yang lebih 'ideologis'," ujarnya, mencontohkan RSUD Syekh Yusuf di Gowa.
Pada akhirnya, polemik ini bukanlah sekadar tentang dua nama. Ini adalah pertarungan antara kebijakan yang berbasis data dan aspirasi melawan keputusan yang berbasis intuisi dan selera.
"Jika memang ingin menghadirkan wajah baru bagi rumah sakit kebanggaan Jawa Barat," pungkur Suwatno, "maka mulailah dari hal yang esensial: meningkatkan mutu pelayanan."