Jejak Bisnis
Jejak bisnis dimulai pada 2017, namanya masuk dalam daftar bergengsi Forbes 30 Under 30 Asia, sebuah pengakuan internasional atas potensinya.
Lalu pada 2023: eFishery resmi menyandang status Unicorn setelah meraih pendanaan Seri D sebesar US$200 juta atau sekitar Rp3 triliun dari raksasa investasi seperti Temasek dan SoftBank.
Gibran telah mencapai Olympus-nya dunia startup. Ia bukan lagi sekadar peternak lele; ia adalah seorang teknopreneur visioner yang dielu-elukan.
Jebakan Kultur "Growth at All Costs"
Namun, di balik angka-angka valuasi yang fantastis, tekanan untuk terus tumbuh disinyalir menjadi pedang bermata dua.
Dalam dunia startup yang didanai investor, metrik pertumbuhan adalah raja.
Tekanan untuk menunjukkan grafik yang terus menanjak dari kuartal ke kuartal bisa menjadi sangat besar.
Di sinilah para analis melihat Gibran dan manajemennya mungkin terperosok ke dalam kultur berbahaya: "Growth at All Costs" atau diartikan falsafah bertumbuh dengan cara apapun.
Baca Juga: Gibran Bukan 'Anak Emas', Jokowi Siapkan Kaesang di Pilpres 2034, Disarankan Kejar Ijazah S2
Sebuah budaya di mana target pertumbuhan yang agresif lebih diutamakan daripada fundamental bisnis yang sehat, etika, dan transparansi.
Obsesi terhadap valuasi dan citra kesuksesan inilah yang diduga mendorong mereka untuk "memoles" laporan keuangan.
Tujuannya guna memuaskan investor lama dan menarik investor baru dengan angka-angka yang memukau, meskipun angka tersebut tak lagi berpijak pada realita.
Kecurigaan para investor akhirnya memicu investigasi internal pada akhir 2024.
Hasilnya adalah sebuah "palu godam" yang menghancurkan citra sempurna eFishery.
Ditemukan adanya dugaan manipulasi laporan keuangan yang masif, penggelembungan pendapatan hingga Rp9,7 triliun, dan klaim laba padahal perusahaan merugi.