Kini, krisis itu memiliki wajah. Y. Endiarto, Arry WS, dan Toto Soegriwo kini menjadi simbol dari semua kegagalan film ini, mulai dari animasi yang dianggap kaku, website yang lenyap, hingga blunder fatal "gudang senjata".
Publik tidak lagi hanya menuntut pertanggungjawaban dari sebuah logo perusahaan, melainkan dari individu-individu yang fotonya kini tersebar luas.
Tekanan publik menjadi jauh lebih besar karena adanya target yang jelas. Ini adalah pelajaran pahit tentang era digital, di mana setiap jejak yang ditinggalkan bisa menjadi bukti yang memberatkan di kemudian hari.
Munculnya wajah para produser ini mengakhiri spekulasi anonim dan memulai babak baru penagihan akuntabilitas.
Publik kini tahu kepada siapa pertanyaan-pertanyaan sulit harus diajukan.
Mengapa kualitas film jauh dari harapan?
Siapa yang menyetujui adegan berisi senjata api? Apa penjelasan di balik nonaktifnya situs resmi?
Dengan wajah dan nama yang kini terpampang jelas, para produser ini berada di persimpangan jalan.
Mereka bisa terus bungkam dan membiarkan citra mereka hancur oleh spekulasi, atau berani tampil ke depan untuk menghadapi musik, memberikan klarifikasi, dan memulihkan sedikit kepercayaan yang tersisa.
Baca Juga: Blunder Fatal! Gudang Senjata AK47 Muncul di Film Anak Merah Putih One For All, Publik Syok
Namun, untuk saat ini, kebungkaman mereka terdengar lebih nyaring dari kritik manapun.
Menurut Anda, apakah para produser ini akan berani muncul untuk memberikan klarifikasi setelah wajah mereka tersebar luas?
Apa langkah pertama yang seharusnya mereka ambil sekarang? Diskusikan di bawah!