BEM UI Gelar Diskusi 'Panas', Sebut Pimpinan Era Prabowo Kebingungan

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Jum'at, 15 Agustus 2025 | 11:17 WIB
BEM UI Gelar Diskusi 'Panas', Sebut Pimpinan Era Prabowo Kebingungan
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) menggelar diskusi publik bertajuk "Permasalahan Hukum dan Kebijakan Publik Era Prabowo". (Suara.com/Maylaffayza)

Sementara itu, Dosen Ilmu Politik UI, Reni Suwarso, menambahkan bahwa keputusan menaikkan PBB secara drastis seringkali didasari oleh kebutuhan anggaran untuk membayar "utang pemilu" atau biaya modal politik yang telah dikeluarkan.

  • Gaya 'Heroic Populism' dan Komando Militer di Era Prabowo

Gaya kepemimpinan Presiden Prabowo menjadi topik yang tak kalah panas.

Pakar hukum Bivitri Susanti mengutip istilah "Heroic Populism" dari CSIS untuk menggambarkan pola kebijakan saat ini.

"Jadi populisme tapi tujuannya memang untuk menjadi hero gitu," kata Bivitri, merujuk pada kebijakan yang dibuat tergesa-gesa lalu direvisi langsung dari atas setelah menuai protes.

Zayyid Sulthan Rahman bahkan membuat analogi yang menohok untuk menggambarkan kebijakan populis ini.

"Katakanlah Prabowo ini orang tua, rakyat ini anak-anak. Anak-anaknya teriak lapar, terus Prabowo nanya ‘kalian mau makan apa?’, dan anak-anak ini mau ‘iya kita maunya es krim, kita maunya cokelat’," jelas Zayyid.

"Ketika ada anak-anak yang belajar ‘oh ternyata yang lebih baik itu bukan makan es krim tapi makan nasi’, anak-anak yang ngomong kayak gini, dibilang anak nakal. Direpresi, disingkirkan," lanjutnya.

Sementara itu, Reni Suwarso menilai bahwa berbagai kebijakan ini menunjukkan bahwa pimpinan negara sedang dalam kebingungan.

"Terlihat sekali bahwa pimpinan kita tuh lagi kebingungan. Bingung dia, bagaimana ya menyelesaikan permasalahan yang demikian banyak? Karena tampaknya kaki dan tangannya terikat, terikat dengan masa lalu," ungkap Reni.

Baca Juga: 3 Kebijakan Pemerintahan Prabowo yang Dipuji Ketua DPR Puan Maharani

  • Warga Negara Paling Sibuk

Para pembicara sepakat bahwa dalam kondisi politik saat ini, beban untuk mengawal demokrasi justru jatuh ke pundak masyarakat sipil. Bivitri Susanti dengan lantang menyatakan bahwa harapan kini tinggal pada warga.

"Saya bukan meninggikan kita sebagai warga, tapi tinggal kita yang tersisa, guys. Mau ngarepin siapa di DPR? Mau ngarepin siapa di partai politik yang ada?" serunya.

Ia juga berbicara bahwa warga negara Indonesia seolah menjadi yang paling sibuk karena terus-menerus harus bereaksi terhadap kebijakan yang merugikan.

"Kita yang capek. Makanya WNI katanya langsung dapat tiket masuk surga ya? Kita melulu yang kerja. UU TNI, maju. KUHP, harus demo lagi. Kita yang capek," kata dia.

Diskusi publik BEM UI menyoroti keresahan atas arah pemerintahan di era Prabowo yang dinilai belum menunjukkan kepemimpinan yang jelas dan berpihak pada rakyat.

Kebijakan yang berubah-ubah, penegakan hukum yang lemah, serta manuver politik yang sarat kepentingan menjadi sorotan utama.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI