Analis 'Tampar' Mimpi Kaesang di 2029: PSI Partai Gurem, Jokowi Sudah Tak Laku Dijual

Kamis, 20 November 2025 | 15:46 WIB
Analis 'Tampar' Mimpi Kaesang di 2029: PSI Partai Gurem, Jokowi Sudah Tak Laku Dijual
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep. (Foto dok. PSI)
Baca 10 detik
  • Kaesang Pangarep menargetkan PSI mengusung gubernur sendiri dan lolos parlemen pada 2029, dinilai sulit oleh analis politik.
  • Syarat 10 persen suara di provinsi dianggap tembok penghalang besar bagi PSI karena belum punya basis massa solid.
  • Figur internal PSI termasuk Kaesang dinilai tidak memiliki daya tarik elektoral signifikan untuk mendongkrak suara partai.

Suara.com - Optimisme Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep yang menargetkan partainya bisa mengusung gubernur sendiri hingga lolos ke parlemen pada 2029 mendatang mendapat sorotan. Visi ambisius ini dinilai sebagai angan-angan yang sulit terwujud jika melihat kondisi internal partai saat ini.

Analis Politik dari Universitas Esa Unggul, M Jamiluddin Ritonga, memandang target yang dipasang Kaesang sebagai hal yang wajar bagi seorang ketua umum, namun ia mengingatkan bahwa ambisi tersebut tidak berpijak pada realitas politik yang ada.

"Target tinggi memang umum disampaikan ketua umum partai. Kaesang juga tampak ikut latah tampak melihat kondisi partainya," kata Jamiluddin saat dihubungi Suara.com, Kamis (20/11/2025).

Menurut Jamiluddin, jalan PSI untuk bisa mengusung calon gubernur sendiri masih sangat terjal dan nyaris mustahil. Syarat minimal perolehan suara menjadi tembok penghalang pertama yang sulit ditembus oleh partai berlambang mawar tersebut.

"Mengusung sendiri calon Gubernur tentu tidak mudah. Sebab, untuk bisa mengusung sendiri gubernur. Partai minimal memperoleh 10 persen dari suara sah di provinsi tersebut," jelasnya.

Ia tanpa ragu menyebut PSI masih berada di level 'partai gurem' yang belum memiliki basis massa yang solid dan loyal di tingkat provinsi. Hal ini membuat target 10 persen suara menjadi sangat tidak realistis.

"Sebagai partai gurem, PSI tentu tidak mudah memperoleh minimal 10 persen suara sah di siati provinsi. Apalagi hingga saat ini PSI belum memiliki basis suara yang besar di suatu provinsi," ujarnya.

"Artinya, belum ada provinsi yang dapat dijadikan kandang PSI untuk mendulang suara besar. Karena itu, untuk mengusung sendiri calon gubernur tampaknya perlu perjuangan berdarah-darah," tambah dia.

Figur Kaesang dan Efek Jokowi yang Dipertanyakan

Baca Juga: 'Dilepeh' Gerindra, PSI Beri Kode Tolak Budi Arie Gabung: Tidak Ada Tempat Bagi Pengkhianat Jokowi

Lebih jauh, Jamiluddin menguliti masalah fundamental PSI, ketiadaan figur yang mampu menjadi magnet elektoral. Menurutnya, tak ada satu pun tokoh di internal PSI, termasuk Kaesang sendiri, yang memiliki daya pikat kuat untuk menghipnotis pemilih.

"Kaesang sebagai Ketum PSI juga tidak punya nilai jual. Begitu juga pengurus lainnya, hanya sosok standar layaknya politisi lainnya," katanya.

Harapan untuk kembali mengandalkan pengaruh Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), juga dinilai sebagai strategi yang sudah usang dan tidak akan efektif. Jamiluddin menilai citra Jokowi saat ini justru bisa menjadi beban bagi elektabilitas PSI.

"Jokowi praktis sudah tidak punya nilai jual menjadi figur untuk membantu PSI meningkatkan elektoral. Jokowi saat ini justru menjadi sosok yang aetiap hari mendapat hujatan dari berbagai lapisan masyarakat," tegasnya.

Ia bahkan mengingatkan bahwa saat Jokowi masih aktif menjabat sebagai presiden pun, PSI gagal menembus Senayan. Kondisi saat ini, di mana citra Jokowi dinilai menurun, akan membuat tugas PSI semakin berat.

"Saat Jokowi jadi presiden saja tak mampu mengantarkan PSI ke Senayan. Apalagi saat ini. Jokowi bisa jadi bukan membantu mendongkrak suara, tapi justru berpeluang mwlenurunkan elektoral PSI," katanya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI