Tidak banyak berpengaruh. Cuma pernah cekcok dengan Duta Besar Australia, karena dianggap tidak tepat, tidak baik.
Dia bilang tidak pantas seorang staf kedutaan menerjemahkan buku yang dilarang. Kalau mau melakukan itu, jangan bertugas di Indonesia, begitu pesan duta Australia saat itu.
Setelah beberapa bulan, tak jodoh di Departeman Luar Negeri Australia, saya keluar. Setelahnya, saya berkonsentrasi penuh menerjemahkan karya Pram, sampai tabungan habis. Saya bekerja lagi di Australia untuk membiayai semuanya.
Apa yang anda ketahui tentang posisi Tetralogi Pulau Buru di kalangan pergerakan untuk meruntuhkan Soeharto?
Banyak faktor. Itu buku terbit di Indonesia tahun 1981. Jadi, sejak tahun 1965 sampai 1981, semua orang yang dibuang Soeharto ke Pulau Buru dianggap publik sebagai penjahat bengis. Mulai dari anggota PKI, kalangan kiri, Soekarnois, dicap jahat. Itu propaganda Orde Baru.
Tapi, setelah Tetralogi Pulau Buru diterbitan, kaum muda Indonesia, terutama mahasiswa era Orba sadar. Ternyata buku itu bagus, demokratis, berisi pesan kemanusiaan, dan terpenting adalah persepsi bahwa buku itu bukan karya orang jahat.
Bahkan, kala itu ada kalangan yang dulu membenci Pram bilang, “jangan-jangan yang dipenjara di Pulau Buru bukan orang jahat. Ini buku bagus, jangan-jangan yang ditangkap tidak jahat, proganda Orba yang jahat,” begitu.
Melalui Tetralogi Pulau Buru Pram, mahasiswa kemudian memulai eksplorasi Indonesia. Mereka memulai membaca buku-buku berhaluan kiri, seperti buku Soekarno, dan Pram.
Harus diakui, dalam Tetralogi Pulau Buru, nafasnya adalah semangat perlawanan. Nyai Ontosoroh melawan. Minke melawan. Darsam melawan. Hanya Annelies yang tak melawan, dia dibuang ke luar negeri lalu dibunuh.
Baca Juga: Jadi Bintang Utama Serial TV Amerika, Iko Uwais Ukir Sejarah
![Max Lane (tengah), Joesoef Ishak (kiri) dan Pramoedya Ananta Toer (kanan), tengah berziarah ke makam Tirto Adhisoerjo. [dok.Max Lane]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/07/02/57276-max-lane-pramoedya-ananta-toer-minke.jpeg)
Jadi, buku itu mengajarkan semangat melawan ketidakadilan, feodalisme, rasisme. Mereka yang membaca buku Pram berdampak besar.
Di buku itu juga dikatakan penting untuk menulis. Maka, tahun 80-an sampai 90-an, banyak aktivis mulai mengerti membangun literasi dan organisasi. Buku ini juga termasuk menjadi pedoman untuk mengelabui intel dan polisi.
Karenanya, buku itu jadi sumber semangat melawan, sekaligus menjadi pedoman untuk harus bekerja membangun organisasi dan menerbitkan koran, lalu bagaimana menghadapi polisi dan intel kekuasaan.
Pada Jilid 4, Rumah Kaca, mengajarkan bagaimana intel dan polisi mengejar dan membunuh Minke. Penting dibaca untuk aktivis dan LSM.
Apa anda tahu Bumi Manusia akan dibuatkan film oleh Hanung? Apa Anda Setuju difilmkan oleh mereka?
Seharusnya dari dulu sudah difilmkan, tapi memang belum ada yang sanggup, di luar negeri versi filmnya juga harus ada. Memang sudah waktunya, seharusnya dari dulu. Ya zaman Orba tidak mungkin. Mudah-mudah tidak ada sensor.