Suara.com - Banyak pihak yang mempertanyakan keputusan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menjadi pengacara Capres-Cawapres Joko Widodo atau Jokowi - Maruf Amin. Pasalnya, Yusril dikenal sebagai pihak yang kerap mengkritisi pemerintahan Jokowi.
Yusril sempat menjelaskan bahwa dirinya hanya ingin menjalankan pekerjaannya sebagai pengacara profesional yang dapat mengawasi jalannya Pilpres 2019 secara jujur dan adil. Namun ketika ditanya mengapa harus Jokowi - Maruf Amin, Yusril menyebut tawaran hanya diajukan oleh Capres dan Cawapres nomor urut 01 tersebut.
Menyinggung soal Prabowo, diketahui Yusril sempat membantu Prabowo di Pilpres 2014. Kala itu Yusril membantu permohonan Prabowo atas sengketa perselisihan hasil pemilu 2014 di Mahkamah Konstitusi (MK). Namun, Yusril mengatakan bahwa dirinya bukan menjadi pengacara akan tetapi hanya sebagai ahli dan tidak dibayar alias cuma-cuma.
Dalam wawancara via sambungan telepon dengan Suara.com pekan lalu, Yusril mengungkap Prabowo sempat berkata kepadanya bahwa dirinya berutang karena telah membantunya dalam menyelesaikan sengketa pemilu 2014 di MK. Sambil berseloroh, Yusril menyebut Prabowo belum membayar utangnya hingga saat ini.
Dalam wawancara itu, Yusril pun mengungkap draf aliansi hasil rumusan para ulama, yang diklaimnya hingga kekinian dicueki alias belum direspons Prabowo.
Berikut wawancara lengkapnya:
Soal draf aliansi keummatan, apakah benar dicuekin Prabowo? Bagaimana ceritanya?
Sebenarnya sudah lama ya sejak akhir Agustus itu Pak Sandiaga dan Pak Ferry Juliantono bertemu saya, bicara mengenai mengajak kemungkinan PBB itu untuk bergabung ke dalam tim suksesnya Prabowo - Sandiaga.
Saya sudah bicara, ini format koalisinya seperti apa? Tapi tidak ada jawaban yang kongkrit, saya bilang kan kalau koalisi kan mesti ada take and give, saling membantu lah namanya kan begitu. Jangan cuman kita disuruh bantu Prabowo-Sandiaga. tapi apa yang bisa dibantu buat kami juga agar kita sama-sama happy?
Baca Juga: Yusril Ihza Mahendra Ungkap Hubungannya dengan Ketua PKI DN Aidit
Pilpresnya bisa menang dan bagi partai ya caleg-calegnya juga bisa masuk ke DPR jadi kan sama-sama happy.
Tapi tidak pernah ada jawaban dan saya tunggu, nggak pernah ada jawaban sampai hari ini. Lalu kemudian pihak saya mengutus MS Kaban dan Ferry sekjen PBB untuk bertemu Habib Rizieq. Di antara lain juga membahas masalah ini.
Nah waktu mereka pulang, lantas sejumlah ulama bertemu di rumah KH Rasyid Abdullah Syafii dan merumuskan draf aliansi. Jadi 6 partai itu untuk di apa namanya. Kalau saya sendiri nggak ikut dalam perumusan draf aliansi ini. Jadi kira-kira formatnya itu semacam koalisi 6 partai dalam mendukung pasangan calon presiden.
Kemudian juga bagaimana mekanisme koalisi itu dibangun dan kemudian juga bagaimana koalosi itu saling bantu membantu bekerja sama untuk mensupportt calon-calon mereka yang ada di pencalonan di legislatif di DPR pusat maupun daerah-daerah.
Tapi sampai saat ini juga nggak ada respon apapun dari Pak Prabowo dan itu sudah disampaikan tanggal 13 Oktober yang lalu. Jadi ya seperti itu.
Sekjen Gerindra Ahmad Muzani bilang pihaknya nggak terima draf itu?