Jadi kenapa kita yang kita lihat dua kelas tertinggi di indonesia klaster keluarga dan klaster kantor karena indoor sudut tertutup dan ber-ac . Dan kalau diperhatikan promosi kita dulu kalau keluar rumah pakai masker tapi ketika masuk ke gedung maskernya malah dilepas. Karena mungkin di dalam karena mikirnya kalau di luar kan udaranya kotor banyak asap dan sebagainya tapi masuk ke ruangan ini lagi pasti aman.
Salah, jadi kalau dalam konteks Covid-19 justru di indoor itu tempat penularan indoor itu justru lebih tinggi. Jadi pakailah masker di dalam ruangan, itu sangat penting apalagi kalau kita bertemu dengan orang-orang yang tidak kita kenal atau atau yang tidak serumah sama kita. Orang kantor orang teman-teman kita, kalau kita bertemu justru kita harus pakai masker.
Kenapa juga klaster kantor-kantor, selain orang sering buka masker di dalam ruangan, ketika makan bersama gitu. Di kantor sering kan ya, snack, jajan bareng, makan bareng. Mungkin sepanjang hari pakai masker tapi ketika makan bersama semua buka. Konteksnya indoor semua ngobrol ngobrol. Di situ terjadi penularan.
Kalau saya mengimbau, kalau makan siang di kantor jangan makan bareng-bareng, makannya gantian deh, atau kalau mau bareng cari di luar ruangan, yang duduknya jauhan dikit. Karena mau engga mau kan buka masker. Jadi itu filter satu satunya kita lepas.
Apalagi di konteks 18,7 kali lebih tinggi kalau di ruangan ber ac. Jadi harus jadi perhatian. Jadi bukan cuma cuci tangan,menjaga jarak, dan memakai maskernya. Tapi harus memikirkan setting yang membuat penularan itu mungkin terjadi. Jadi indoor ber ac itu justru paling sering terjadi. Jadi kita harus waspada kalau indoor dan ber ac kalau ketemu orang yang tidak serumah dengan kita.
Bagaimana mewaspadai libur panjang?
Lalu yang terakhir tentang mobilitas. Kemarin setelah cuti bersama yang panjang, kasus langsung naik semua, secara merata. Jakarta, Jabar, Jateng, Jjatim, dan meningkatnya signifikan, dan sempat ngobrol pak yulianto kalau keterisian rumah sakit itu sudah mepet. Pak Yulianto harus sibuk nambahi bed rumah sakit terus, dan tidak tahu apakah kecepatan menambah bed, dan kecepatan kasus nambah itu bisa seimbang atau engga.
Jadi saya mau bilang bahwa karena cuti bersama banyak orang melakukan perjalanan, baik pulang kampung atau jalan jalan, akhirnya dengan mobilitas tinggi ini, penularan meningkat secara signifikan. Jadi pesan saya untuk masyarakat kalau boleh jangan bepergian dulu.
Tentu kalau bekerja, kita bisa memahami. Tapi kalau bisa, tolong jalan jalan yang tidak esensial atau yang bisa ditunda, tunda dulu. Saat ini rumah sakit enuh semua, pandemi belum berakhir, dan virus ada dimana mana. Jadi kalau bisa jangan pergi-pergi dulu.
3 T dan 3 M kenapa sulit diterapkan apakah karena habit?
Ya tentu perubahan perilaku tidak mudah. Misal kita tahu merokok bisa membunuh mendatangkan penyakit dan segala macem. Tapi untuk orang orang yang sudah merokok bertahun-tahun disuruh berhenti merokok itu susah. Jadi saya bisa membayangkan orang yang diet juga, disuruh diet ya ngomong sih gampang tapi penerapannya susah. Jadi saya bisa memahami bahwa perubahan perilaku butuh waktu. Masalahnya pandemi butuh perubahan perilaku secepat mungkin, karena kalau tidak kita bisa kalah dengan virusnya.
Jadi betul, banyak orang yang 40 sampai 50 tahun, ga pernah pakai masker, jadi kan ada perubahan. Atau ada sedikit ketidaknyamanan saat bernapas, walaupun minor jadi tugas kita sebagai masyarakat kita harus mengingatkan. Jadi jangan segan kalau ada orang yang di sebelah kita tidak pakai ketawa ketawa, jangan segan untuk mengingat kan. Kita tidak bisa sehat kalau orang lain tidak sehat. Jadi harus saling menjaga dan mendukung.
Apakah efektif cara pengendalian dengan represif?
Aku melihatnya, persuasif mungkin mudah tinggal kasih penyuluhan dan poster. Represif pemerintah melakukannya misal dengan operasi yustisi Satpol pp tni polri ngasih tahu orang pakai masker dsb. Tapi apakah akan sustain atau engga dengan begitu. Tapi menurut saya yang juga penting itu tekanan sosial atau social pressure.
Masyarakat Indonesia terutama sangat social banget. Kalau temenku engga pake, aku engga pake juga. Kalau gengku ga pake, aku juga ga pake. Jadi itu bisa dimanfaatkan itu sebagai social pressure tadi. Kalau misalnya ya tadi, ayo kita sebagai masyarakat harus saling berani mengingatkan