Suara.com - Pemilihan Umum (Pemilu) akan dilakukan secara serentak pada 14 Februari 2024. Itu artinya, masyarakat yang sudah memenuhi syarat akan memilih presiden dan wakil presiden, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten/Kota.
Tinggal menghitung bulan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku pihak penyelenggara juga terus bekerja menyiapkan pesta demokrasi yang digelar pada tahun mendatang.
Ketua Umum KPU RI Hasyim Asy'ari memastikan pihaknya terus mematangkan agar Pemilu 2024 serentak berlangsung lancar. KPU RI sempat menjadi sorotan karena ada kesalahan pada input jumlah orang dalam Daftar Calon Sementara (DCS).
Ia mengakui bahwa manusia tidak luput dari kesalahan dan KPU RI segera menyampaikan permohonan maaf berikut perbaikan yang dilakukan sesegera mungkin. Hasyim mengatakan bahwa KPU boleh saja melakukan kesalahan, namun ia menegaskan kalau pihak penyelenggara harus terus berlaku jujur.
"Jadi pada prinsipnya KPU ini boleh salah tapi tidak boleh bohong jadi KPU harus jujur, jadi kalau memang salah ya, kita bilang mohon maaf kami salah. Kami koreksi," kata Hasyim saat ditemui Suara.com di ruang kerjanya di Kantor KPU RI, Jakarta Pusat, Selasa (5/9/2023).
Lantas bagaimana persiapan Hasyim selaku orang nomor satu di KPU menjelang Pemilu 2024?
Berikut perbincangan lengkap Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari dengan Suara.com:
Bagaimana kabarnya pak? Menjelang Pemilu 2024 ini, jam tidurnya berkurang atau bahkan kerjaan sampai kebawa mimpi pak?
Baca Juga: Profil Tri Wahyudi: Sosok Caleg Muda yang 'Ngide' Kampanye di Bumble
Jadi sejak pemilu dimulai, pemilu dimulai 14 Juni 2022 itu hitungannya 20 bulan sebelum hari pemungutan suara, maka begitu masuk tahapan pemilu, hari itu adalah hari kalender, jadi untuk KPU atau siapapun saja yang terlibat dalam pemilu, termasuk partai politik maka hari di dalam tahapan pemilu itu hari dalam kalender itu artinya sehari bekerja 24 jam, kalau normalnya kerja 8 jam, ya. Begitu masuk ke dalam tahapan pemilu kerja-kerja KPU atau siapa pun saja yang terlibat dalam pemilu penyebutannya adalah hari kalender jadi ya harus pinter-pinter lah bagi waktu, kapan harus ngurusin pemilu, kapan harus istirahat.
Insyallah iya, iya, pasti disiapkan waktu untuk tidur untuk istirahat ya karena namanya badan pasti ada waktu untuk istirahat, untuk makan, minum kan begitu.
Selain waktu istirahat, waktu bersama keluarga. Orang rumah udah rewel belum nih, ‘bapak nih kerja mulu’?
Kalau itu sudah biasa, ya, karena saya pernah juga dulu di KPU Jawa Tengah pada waktu pemilu pertama 2004 atau pilpres pertama kali ya sudah biasa, orang tua saya, istri, anak-anak sudah menghibahkan saya lah untuk kepentingan kepemiluan ini jadi orang rumah udah gak kaget lagi, apalagi anak-anak udah relatif besar. Anak saya tiga-tiganya mondok di Gontor. Yang pertama udah lulus tahun 2019 sekarang kuliah di Al Azhar, Kairo, perempuan. Yang kedua alumni Gontor, putra, lulus tahun 2021 sekarang menjadi ustaz pengabdian di sana 6 tahun sekaligus kuliah di Universitas Darussalam, Gontor. Kemudian yang ketiga juga alumni Gontor, lulus tahun ini sedang menjadi ustaz pengabdian di sana wajib setahun. Sambil kuliah di UIN Salatiga.
Jadi anak-anak sudah biasa hidup mandiri di pesantren. Jadi di tengah-tengah menjalankan kerja juga harus ada waktu untuk nengok anak-anak di pondok tapi karena mereka udah terbiasa mandiri jadi lihat kerja bapaknya. Nah, ibunya anak-anak juga dosen jadi kita sudah terbiasa di tempat yang berbeda-beda. Ya, punya aktivitas semua lah, kira-kira begitu.
Pak kita mulai dari soal keterwakilan perempuan di mana MA kan sudah ketok palu mengatur cara penghitungan kuota minimal 30 persen caleg perempuan Pemilu 2024. Pendapat bapak dengan komisioner KPU berbeda. Pak Afifuddin mengatakan keputusan MA tersebut bakal mempengaruhi Daftar Calon Sementara (DCS). Sementara bapak sendiri bilang DCS sudah tidak bisa diotak-atik kembali. Jadi yang benar itu bagaimana ?