Nah yang keempat adalah yang terkait karier hub. Jadi tadi skill hub, serti-hub, bishub, dan karier hub. Jadi, karier hub ini tadi menyediakan informasi terkait dengan lowongan-lowongan pekerjaan yang bisa dimanfaatkan.
Para employer bisa bikin dari itu ya?
Tadi kembali ya. Kami ingin Kemnaker itu memiliki tadi inclusive labor market information system. Siap kerja. Tadi semua aset SDM kita, setelah masuk dia adalah memberi profilingnya ini masuk ketika ada lowongan kita tinggal dapat feeding informasi.
Ini menarik, sebenarnya bukan hanya fresh graduate ya? Siapapun yang ingin masuk bagian dari siap kerja pun bisa mengakses itu ya?
Bisa. Jadi gini, kan ketika ketika kita berbicara adalah non-fresh graduate ya. Kan tadi skill hub. Skill hub itu kan kita berbicara dalam tiga aspek, pertama skilling, artinya orang ketika lulus perlu misalnya penyesuaian terkait dengan keterampilan.
Saya misalnya, alumni teknik sipil. Ketika, ibaratnya saya di dalam masuk dunia kerja baru tidak langsung compatible. Kan ada sesuatu yang harus skilling yang harus kita sesuaikan.
Yang kedua, upskilling. Artinya, seseorang ketika sudah bekerja perlu improvement dari sisi keterampilan. Kalau ingin maju ya tentunya dia harus memiliki modal lebih besar.
Kemudian, yang ketiga kan reskilling. Artinya, ketika seseorang mungkin butuh tantangan baru dia beralih profesi namanya reskilling dan itu informasinya juga ada di skill hub gitu. Jadi, menurut saya ini istilahnya sesuatu yang tadi memang satu paket.
Seandainya betul-betul dilaksanakan, mudah-mudahan tantangan ketenagakerjaan meski berat, kita sudah menyiapkan sebuah desain yang memang bisa merespon setiap tantangan-tantangan yang kita hadapi.
Baca Juga: Sekjen Kemnaker Anwar Sanusi Sebut Negara Harus Adil soal Kesempatan Kerja
Apakah ada public participation, private sector atau mungkin mitra-mitra kementerian/lembaga lainnya yang dalam rangka berkolaborasi menyukseskan program-program ketenagakerjaan ini?