Sri Lanka Resesi, Nasib Ekonomi Indonesia Bagaimana?

Kamis, 14 Juli 2022 | 09:49 WIB
Sri Lanka Resesi, Nasib Ekonomi Indonesia Bagaimana?
Demonstran melakukan aksi protes di lingkungan Sekretariat Presiden, setelah Presiden Gotabaya Rajapaksa kabur di tengah krisis ekonomi yang melanda negara tersebut, di Kolombo, Sri Lanka, Sabtu (9/7/2022). [Dok.Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sri Lanka saat ini dinyatakan sebagai negara bangkrut, setelah gagal mengatasi krisis ekonomi yang parah selama berbulan-bulan yang melanda negara Asia Selatan tersebut.

Kondisi ini, dikhawatirkan menular ke negara tetangganya, termasuk Indonesia.

Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini nasib ekonomi Indonesia dibandingkan Sri Lanka akan jauh lebih baik.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menjamin bahwa kondisi perekonomian Indonesia tidak akan mengalami nasib seperti Sri Lanka.

Menurut Sri Mulyani ekonomi Indonesia jauh lebih baik saat ini dibandingkan dengan Sri Lanka, sejumlah indikator pun menunjukan arah yang positif meski ada ancaman ketidakpastian ekonomi akibat perang Rusia-Ukraina, terutama soal kenaikan harga yang mengakibatkan inflasi.

"Seluruh dunia sekarang menghadapi konsekuensi dari geopolitik dalam bentuk kenaikan harga bahan-bahan makanan dan energi yang mendorong lebih tinggi lagi inflasi, setelah tadinya sudah meningkat akibat pandemi," jelasnya dalam konferensi pers rangkaian Pertemuan G20 di Bali ditulis, Kamis (14/7/2022).

Dia mengatakan, kenaikan inflasi yang tinggi bahkan dialami pula oleh negara-negara maju yang biasanya mengalami deflasi.

Kondisi lonjakan inflasi tersebut pada akhirnya membuat negara-negara mengambil kebijakan antisipatif, tetapi tidak semua negara memiliki ketahanan yang cukup untuk mampu bertahan di tengah ketidakpastian global.

"Beberapa negara kalau kondisi awalnya tidak kuat, apalagi sesudah dua tahun dihadapkan pada pandemi, ketidak-kuatan itu dilihat dari berbagai faktor. Pertama, neraca pembayarannya, yaitu apakah trade account, capital account, dan cadangan devisa negara tersebut memadai dampaknya kepada nilai tukar," jelasnya.

Baca Juga: Ekonomi Myanmar dan Laos Terancam Bangkrut, Indonesia Diminta Persiapkan Cadangan Devisa

Bendahara Negara ini menambahkan, selain itu juga yang menjadi faktor adalah ketahanan ekonomi suatu negara berbeda-beda.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI