Ratcliffe juga menyebutkan bahwa Tiongkok memiliki kemampuan untuk menyerang AS dengan senjata konvensional, mengancam infrastruktur AS melalui serangan siber, menargetkan aset AS di luar angkasa, dan bercita-cita untuk menggantikan AS sebagai kekuatan utama dalam kecerdasan buatan (AI) pada tahun 2030.
Menurut Ratcliffe, CIA harus merespons ancaman tersebut dengan urgensi, kreativitas, dan keberanian, dan perilisan video-video berbahasa Mandarin ini merupakan salah satu langkah yang diambil dalam upaya tersebut.
Di sisi lain, Kementerian Keamanan Negara Tiongkok, yang bertanggung jawab atas operasi intelijen domestik, dalam beberapa tahun terakhir juga mengubah citranya menjadi lebih terbuka. Lembaga tersebut aktif membangun kehadiran di media sosial Tiongkok dengan merilis video pendek dan komik strip yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang berbagai ancaman terhadap keamanan nasional, termasuk kampanye untuk memperingatkan warga agar tidak menjadi agen mata-mata bagi negara asing dan untuk selalu waspada terhadap upaya spionase.