Dalam video tersebut, sang pejabat menyaksikan satu per satu rekan seniornya menghilang secara misterius, yang kemudian menimbulkan kekhawatiran mendalam akan nasib dirinya dan keluarganya, hingga akhirnya ia merasa perlu untuk merencanakan rute pelarian.
Video kedua menyajikan sudut pandang seorang pegawai muda yang merasa frustrasi karena waktunya habis untuk melayani atasannya yang menikmati kemewahan, sementara karir dan kehidupannya sendiri stagnan dan ia harus kembali ke apartemen kecilnya untuk tinggal bersama orang tuanya. Dalam narasi video tersebut, sang pemuda mengatakan, "Sejak usia muda, partai mengajarkan selama kita tekun mengikuti jalan yang ditetapkan para pemimpin, kita akan memiliki masa depan yang cerah. Namun langit yang seharusnya dinikmati oleh semua orang kini hanya dinikmati oleh beberapa orang. Saya menolak untuk berdiam diri,". Kedua video tersebut diakhiri dengan adegan tokoh utama menghubungi CIA melalui situs resmi badan intelijen tersebut.
Dalam keterangan yang menyertai kedua video, CIA menyatakan apresiasinya kepada individu yang bersedia memberikan informasi. Untuk menjaga keamanan para informan, CIA mengarahkan mereka untuk menonton video instruksi tentang cara menghubungi badan tersebut secara aman dan meminta mereka untuk bersabar menunggu respons.
Perilisan video-video ini terjadi setelah CIA pada Oktober 2024 meluncurkan inisiatif untuk merekrut informan baru di Tiongkok, Iran, dan Korea Utara. Upaya tersebut dilakukan dengan mengunggah instruksi daring mengenai cara menghubungi CIA dengan aman, menyusul klaim keberhasilan dalam merekrut individu dari Rusia.
Direktur CIA John Ratcliffe sebelumnya pernah menyatakan bahwa Tiongkok merupakan tantangan terberat yang pernah dihadapi Amerika Serikat, mengingat dominasi negara tersebut di bidang ekonomi, militer, dan teknologi.
Ratcliffe juga menyebutkan bahwa Tiongkok memiliki kemampuan untuk menyerang AS dengan senjata konvensional, mengancam infrastruktur AS melalui serangan siber, menargetkan aset AS di luar angkasa, dan bercita-cita untuk menggantikan AS sebagai kekuatan utama dalam kecerdasan buatan (AI) pada tahun 2030.
Menurut Ratcliffe, CIA harus merespons ancaman tersebut dengan urgensi, kreativitas, dan keberanian, dan perilisan video-video berbahasa Mandarin ini merupakan salah satu langkah yang diambil dalam upaya tersebut.
Di sisi lain, Kementerian Keamanan Negara Tiongkok, yang bertanggung jawab atas operasi intelijen domestik, dalam beberapa tahun terakhir juga mengubah citranya menjadi lebih terbuka. Lembaga tersebut aktif membangun kehadiran di media sosial Tiongkok dengan merilis video pendek dan komik strip yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang berbagai ancaman terhadap keamanan nasional, termasuk kampanye untuk memperingatkan warga agar tidak menjadi agen mata-mata bagi negara asing dan untuk selalu waspada terhadap upaya spionase.
Baca Juga: Indonesia Siap Sikut China Jadi Tuan Rumah Babak Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026